http://arti.master.irhamna.googlepages.com/bintang.js' type='text/javascript' galaxy: ANALISIS NASKAH DRAMA "SEPASANG MERPATI TUA"
BACA DAN TEMUKAN HAL-HAL MENARIK

Laman

SELAMAT MEMBACA DAN TEMUKAN HAL-HAL MENARIK

Kamis, 31 Mei 2012

ANALISIS NASKAH DRAMA "SEPASANG MERPATI TUA" k


BAB II
KAJIAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Drama
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya. Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog; mungkin ada semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext atau teks utama; petunjuk pementasannya disebut nebentext atau teks sampingan.
Terdapat beberapa definisi drama, yaitu:
1.    Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action (segala apa yang terlihat dalam pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (exciting), dan ketegangan para pendengar atau penonton.
2.    Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action). Jika buku roman menggerakkan fantasi kita, maka dalam drama kita melihat kehidupan manusia diekspresikan secara langsung dimuka kita.
3.    Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, dan diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience). Harymawan, (1998:1-2).
Dari ketiga pengertian di atas yang dikemukakan oleh Harymawan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan diatas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media percakapan, gerak, dan laku, dengan atau tanpa dekor, yang di dasarkan pada naskah drama tertulis atau secara improvisasi, dengan atau tanpa musik, nyanyian, dan tarian.

2.2 Unsur Intrinsik
Unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam karya sastra itu sendiri adalah unsur intrinsik. Unsur intrinsi diantaranya adalah:
1.    Tema    
Tema adalah  gagasan/ide/dasar cerita.

2.    Tokoh dan Penokohan
Dalam drama tokoh cerita yang disajikan, walaupun kadang-kadang dialami oleh binatang atau mahluk lain, umumnya dialami oleh tokoh-tokoh cerita yang berupa manusia. Tokoh cerita adalah orang-orang yang mengambil bagian yang mengalami peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam plot. (Sumardjo dan Zaini K.M, 1987:144)
Adapun sikap dan kedudukan tokoh cerita dalam suatu karya sastra drama beraneka ragam. Ada yang bersifat penting dan digolongkan kepada tokoh utama dan digolongkan tokoh pembantu atau minor, sering kita lihat  baik di telivisi maupun di bioskop kita bertanya siapa pemeran utama dalam cerita tersebut. Artinya kita tahu bahwa yang memerankan tokoh utama dalam cerita itu. Cerita dalam drama ada tokoh yang selalu berbuat kebajikan ada pula yang berbuat kemungkaran, kejahatan dan lain-lain.
Tokoh masing-masing memiliki peran dan fungsi tersendiri, ada yang sering muncul atau sering diceritakan (sentral) dan bahkan hanya sebagai peran tambahan. Dalam hal ini Sumardjo (1988) mengungkapkan bahwa tokoh berdasarkan fungsinya memiliki peran sebagai berikut:                                                                     
1.    Tokoh Sentral   
       Tokoh Sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh sentral dibagi menjadi dua, yaitu:                                                                                                                              
a.    Tokoh sentral protagonis
       Tokoh sentral protagonist adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikannilai-nilai positif.                                                                                                                              
b.     Tokoh sentral antagonis 
        Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
2.    Tokoh Bawahan   
          Tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu :                                                                                                
a.    Tokoh andalan  
Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan tokoh sentral (protagonis atau antagonis).
b.    Tokoh tambahan
Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita.
c.    Tokoh lataran 
Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.                                           
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku atau pemeran dari dalam cerita yang menitikberatkan kepada kegiatannya sehari-hari dalam kehidupan suatu karya sastra. Peran dan fungsi tokoh masing-masing memiliki keragaman, karena peran seorang tokoh dalam sebuah cerita mewakili karakter dari karya itu masing-masing berbeda, maka dari itulah seorang tokoh memiliki keragaman ada sebagai tokoh sentral protagonis yang selalu berbuat baik (positif) dan tokoh sentral antagonis yang bertentangan dengan protagonis (negatif) dan adapula tokoh bawahan yaitu tokoh pemeran pembantu tokoh utama dalam sebuah cerita.
Tokoh protagonis adalah tokoh yang pertama-tama berprakarsa dan dengan demikian berperan sebagai penggerak cerita atau tokoh yang pertama-tama menghadapi masalah dan terlibat kesukaran-kesukaran. Tokoh protagonis biasanya disenangi penonton. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang berperan sebagai penghalang dan masalah bagi protagonis.
Penokohan atau perwatakan dalam drama kebanyakan pemeran mengungkapkan wataknya dengan jalan menjelaskan kepada penonton. Adakalanya sekalipun pemeran atau tokoh mengungkapkan wataknya juga dapat mengungkapkan watak lain artinya bermuka dua. Namun ada cara lain untuk mangungkapkan watak tokoh adalah dengan menampilkan orang kepercayaan. Misalnya supir, pembantu rumah tangga, teman akrab, dan sebagaimya. Dengan munculnya orang kepercayaan ini dalam pentas menyebabkan pemeran utama itu dapat terungkap secara baik, dan dapat pula dengan perilaku atau action. Perilaku ini hendaknya ditampilkan dalam bentuk segi tiga, artinya ada dua perwatakan atau sikap yang bertentangan dan ada satu sikap atau perwatakan yang berada di tengah. (M. Atar Semi, 1998:173)

3.   Alur Cerita atau Plot
Alur cerita atau plot adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain di hubungkan dengan hukum sebab akibat. Artinya peristiwa pertama menyebabkan terjadinya peristiwa kedua (Sumarjo dan Zaini KM,1986:139).
Alur dalam drama mempunyai kekhususan dibandingkan dengan alur fiksi. Adapun kekhususan, kekhususan alur drama ditimbulkan oleh karakteristik drama itu sendiri, yaitu :
a.   Alur mestilah merupakan alur cerita yang dapat dilakukan oleh manusia biasa*dimuka publik penonton.
b.  Alur drama mesti jelas, bila tidak maka akan sukar sekali diteliti penonton.
c.   Alur drama mestilah sederhana dan singkat, dalam arti dia tidak boleh berputar kemana-mana, tetapi berpusat pada suatu peristiwa tersebut. (Semi, 1988:161-162).

4.   Latar   
Latar atau setting adalah lingkungan fisik tempat kegiatan berlangsung. Dalam arti yang lebih luas, latar mencakup tempat, waktu dan kondisi-kondisi psikologis dari semua yang terlibat dlam kegiatan itu. (Tarigan, 1982 : 157)
Menurut Cleanth Brooks dalam An Aproach Of Literature (1952 :819) latar adalah latar belakang fisik, unsur tempat dan ruang dalam cerita. Rene Wellek dan Austin Warren (Theory of Literature, 1956: 221) mengemukakan, latar adalah lingkungan alam sekitar, terutama lingkungan dalam yang dipandang sebagai pengekspresian watak secara metonimik atau metaforik.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa latar adalah situasi tempat, ruang dan waktu terjadinya cerita. Tercakup di dalamnya lingkungan geografis, rumah tangga, pekerjaan, benda-benda dan alat-alat yang berkaitan dengan tmpat terjadinya peritiwa cerita waktu, suasana dan periode sejarah.
Latar atau setting adalah lingkungan fisik tempat kegiatan berlangsung. Dalam arti yang lebih luas, latar mencakup tempat, waktu dan kondisi-kondisi psikologis dari semua yang terlibat dlam kegiatan itu. (Tarigan, 1982 : 157)

5.   Amanat   
Amanat adalah pesan atau sisipan nasihat yang disampaikan pengarang melalui tokoh dan konflik dalam suatu cerita.

6.   Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya dalam suatu karangna ciptaanya. Cara pengarang menggunakan sudut pandang adalah cara bercerita orang pertama (memakai aku atau saya) dan cara bercerita orang ketiga.

2.2 Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsure yang mebangun karya sastra dari luar unssr ekstrinsik di antaranya adalah:
1.    Nilai sosial dan budaya adalah nilai yang berkaitan dengan norma yang ada dalam masyarakat dan adat istiadat.
2.    Nilai moral yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak/budi pekerti/susila atau baik buruk tingkah laku.
3.    Nilai agama / religius yaitu nilai yang berkaitan dengan tuntutan beragama.
4.    Nilai ekonomi yaitu nilai yang berkaitan kehidupan perekonomian.


2.3    Kelengkapan Drama
•    Naskah drama : skrip yang dijadikan panduan pemain sebelum pentas.
•    Penulis naskah : orang yang menulis skenario dan dialog dalam bentuk jadi naskah drama
•    Sutradara : orang yang memimpin atau yang mengatur suatu kelompok drama.
•    Pemain : orang yang berperan melakonkan cerita
•    Lighting : pengatur cahaya dalam pementasan
•    Tata busana/make up : bagian kelengkapan drama yang bertugas merias dan memakaian propertis pakaian
•    Tata suara : pengatur suara untuk memunculkan efek tertentu dalam pementasan
•    Tata panggung : kelengkapan drama yang mengatur latar setiap adegan
•    Panggung : tempat bagi pemain untuk melakonkan cerita


BAB II
 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1    Unsur Intrinsik
3.1.1  Tema
Dalam sebuah drama tidak terlepas dari tema. Sebab tema adalah gagasan atau ide cerita. Adapun tema dari drama yang berjudul Sepasang Merpati Tua karya Bakti Soemanto adalah Pencarian Makna Hidup. Karena dalam drama Sepasang Merpai Tua karya Bakti Soemanto diceritakan tentang seorang Kakek yang memprotes kehidupan yang dijalaninya. Dan sang Kakek berusaha mencari makna hidup lewat jabatan-jabatan yang ia impikan bersama sang istri, si nenek.

3.1.2  Tokoh dan Penokohan
Dalam sebuah drama terdapat tokoh. Drama Sepasang Merpati Tua karya Bakti Soemanto memiliki 2 tokoh yaitu :
1.Kakek
2.Nenek
Dalam sebuah darama memiliki seorang tokoh utama.Tokoh utama dalah seoarng tokoh yang berperan sebagai penggerak cerita atau tokoh yang pertama-tama menghadapi masalah dan terlibat kesukaran. Dan yang menjadi tokoh utama dalam drama Sepasang Merpati Tua karya Bakti Soemanto adalah Kakek. Sedangkan yang menjadi tokoh bawahan adalah Nenek. Tokoh yang mendukung atau membantu tokoh utama.


a. Deskripsi Karakter Tokoh
1) Kakek
Kakek adalah seorang yang kritis menghadapi hidup ini dan mementingkan lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa dialog berikut :
Kakek :    Banyak diplomat yang dikirim ke pos-pos manapun di dunia ini. Tapi pemerintah belum punya wakil untuk bicara-bicara dengan mereka yang ada di kolong jembatan, bukan? Ini tidak adil. Maka aku menyatakan diri. Maka aku menyediakan diri untuk mewakili pemerintahan ini sebagai diplomat kolong jembatan.
…..
Kakek:    Bidang sampah-sampah! Ini perlu sekali, salah satu penyebab adanya banjir di kota ini, karena orang-orang kurang tahu artinya selokan-selokan itu. Kau lihat di jalan-jalan yang sering tergenang air itu. Coba selokan itu kita keruk, sampahnya luar biasa banyaknya…
….
Kakek :    Kira berpikir karena kita mengerti. Tapi karena berpikir perlu sistem, sistem membelenggu kita. Kita jadi tolol. Saya lagu-lagu. Saya rindu puisi-puisi. Orang-orang zaman ini tidak mengerti puisi-puisi. Kita sudah jadi robot semua. Berjalan dengan satu displin mati. Dengan teori yang tidak kita pahami sendiri. Keutuhan manusia sudah dikerdilkan. Hubungan seks tinggal bernilai nafsu. Kesenian diukur filsafat seketika, atau kesenian sudah dikonsepkan. Juja hidup kita didoktrinkan. Ini tidak bisa. Akibtnya, kita tenggelam kepada ukuran-ukuran mini. Kita rindu pada Sofokles, Aristoteles, Albert Camus, Amir Hamzah, Chairil Anwar, Goethe, Shakespeare. Mereka harus ditakdirkan kembali di sini. Citra manusiaan yang terpancar dari karya-karya mereka harus dipancarkan kembali di sini.
2)    Nenek
Nenek adalah seorang yang berselera tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa dialog di bawah ini :
Nenek :    Mestinya kau tidak usah jadi professor saja, Pak. Jadi diplomat ulung saja.
Kakek :     Aku kurang senang jadi diplomat.
Nenek :     Tapi kau lebih terkemuka, lebih ternama, lebih terkenal.
Nenek:    Itu lebih terhormat di PBB. Siapa tahu kaku akan dipilh jadi ketua siding, lantas kelak jadi ketua sidang.
Nenek:    Aku tidak rela kau ditempatkan di pos terhina itu.

3.1.3  Alur
         a. Sekuen   
Adapun sekuen dalam drama ini adalah
1.    Nenek duduk menyulam sambil menunggu kedatangan kakek
2.    Kakek datng dengan menggunakan peci
3.    Nenek memprotes penampilan kakek
4.    Kakek mengambil koran lalu membacanya
5.    Nenek menghampiri kakek
6.    Nenek menangis
7.    Kakek memuji keberanian nenek
8.    Nenek menginginkan kakek menjadi diplomat
9.    Kakek tidak menyetujui keinginan nenek
10.    Nenek termenung
11.    Kakek akhirnya menyetujui keinginan nenek untuk menjadi diplomat
12.    Kakek menginginkan dirinya menjadi diplomat kolong jembatan
13.    Nenek tidak menyetujui keinginan kakek
14.    Kakek memberikan pengertian kepada neneek untuk menerima keinginannya
15.    Nenek termenung
16.    Kakek menjelaskan kepada nenek tentang kehidupan yang mereka jalani ternyata tipuan belaka
17.    Nenek bingung terhadap akan perkataan kakek
18.    Kakek terus menjelaskan jalannya kehidupan ini
19.    Kakek rebah
20.    Nenek panik dan menunutun kakek ke sofa
21.    Nenek menangis
22.    Kakek berdiri dan memperhatikan nenek
23.    Nenek menanyai kakek
24.    Kakek terus menjelaskan dan menyuruh nenek menangis
25.    Nenek mendengar suara jam dinding berdentang dua belas kali
26.    Nenek dan kakek termenung
27.    Nenek merasa heran sebab kembali terdengar suara jam berdentang sebanyak dua belas kali
28.    Kakek kembali menjelaskan tentang makna hidup
3.4     Latar
a.     Identifikasi Tempat
    Dalam drama yang berjudul Sepasang Merpati Tua karya Bakti Soemanto ini terjadi di satu tempat yaitu :
1.    Di atas panggung yang menggambarkan ruang tengah sepasang orang tua. Hal ini ditunjukkan oleh prolog yang ada dalam drama, yaitu :

“Panggung menggambarkan sebuahh ruang tengah rumah sepasang orang tua…….”

b.    Identifikasi Waktu
Cerita dalam darama ini terjadi pada :
1.    sore hari. Hal ini dapat dilihat pada kutipan prolog berikut :

…waktu drama ini dimulai, nenek duduk sambil menyulam. Sebentar-sebentar ia menengok ke belakang, kalau-kalau suaminya dating. Saat itu hari menjelang malam.

2.    malam hari. Hal ini dapat dilihat pada kutipan dialog berikut :
...
Nenek :    Nanti saja, kalau sudah tak ada banyak orang…(terdengar suara jam dinding dua belas kali).
Nenek :    Sudah larut tengah malam
Kakek :    Ya. Dan sebentar lagi ambang pagi akan datang.


3.4     Amanat
Amanat adalah pesan atau sisipan nasihat yang disampaikan pengarang melalui tokoh dan konflik dalam suatu cerita. Amanat yang dapat diambil dalam drama yang berjudul Sepasang Merpati Tua adalah umur ataupun berapa lama kita menjalani kehidupan ini tak bisa menjamin bahwa kita mengerti akan makna hidup yang kita jalani. Hal ini dapat dilihat pada kutipan dialog di bawah ini :
….
Nenek :    Kau masih hidup….?
Kakek :    Aku tidak begitu yakin, selama aku terbelenggu oleh doktrin. Aku hanya mengerti, apa aku hidup atau tidak, kalau aku menghayatihidupku sendiri….
Nenek :    Tetapi kau berbicara, kau bernapas…
Kakgk :    Bukan itu ukuran adanya kehidupan
Nenek :    Jangan bicara yang sukar-sukar, aku tidak mengerti.
Kakek :    Tentu saja, Karen kau belum mengerti hidup.
Nenek :    Delapan puluh tahun kujalani hidup. Benarkah aku belum mengerti.
Kakek :    Umurpun bukan ukuran, selama kau menjalani hidup kau mengikuti doktrin-doktrin itu….
Kita juga harus memperhatikan orang-orang di bawah kita karena kita di dunia ini tak hidup sendiri, tapi hidup bermasyarakat. Hal ini dapat dilihat pada kutipan dialog berikut :
Nenek :    Aku tidak rela kalau kau ditempatkan di pos terhina itu
Kakek :    Kau belum tahu, justru paling mulia di antara pos-pos di manapun juga
Nenek :    Kau sudah tidak waras
Kakek :    Seorang diplomat pada hakikatnya adalah seorang yang pandai ngomong. Pandai meyakinkan orang, pandai membujuk. Orang-orang di kolong jembatan itu perlu dibujuk agar hidup baik-baik. Berusaha mencari pekerjaan yang layak dan timbul kepercayaan diri sendiri. Tidak sekedar dihalau, diusir, kalau malau ada orang gede lewat saja. Jadi untuk mengatasi tindakan-tindakan kasar ini, perlu ada wakil yang bisa membujuk…

3.5      Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara penagarang menempatkan dirinya dalam suatu karangan ciptaanya. Pada drama ini pengarang menempatkan dirinya sebagai tokoh sampingan atau orang ketiga tunggal karena pengarang menceritakan orang lain atau yang menjadi tokoh adalah orang lain. Bukan “aku” atau “saya”. Hal ini dapat dilihat bahwa tokoh yang dilibatkan pengarang adalah Kakek dan Nenek.

3.2    Unsur Ekstrinsik
3.2.1    Nilai Sosial dan Budaya
Yang menjadi nilai sosial dan budaya dalam drama yang berjudul Sepasang Merpati Tua karya Bakti Soemanto adalah kepedulian sang kakek terhadap kehidupan orang-orang di sekitarnya terutama orang-orang yang hidup di bawah kolong jembatan. Perhatikan dialog berikut :

Nenek :   Au tidak rela kalau kau ditempatkan di pos terhina itu
Kakek :    Kau belum tahu, justru paling mulia di antara pos-pos di manapun juga
Nenek :    Kau sudah tidak waras
Kakek :    Seorang diplomat pada hakikatnya adalah seorang yang pandai ngomong. Pandai meyakinkan orang, pandai membujuk. Orang-orang di kolong jembatan itu perlu dibujuk agar hidup baik-baik. Berusaha mencari pekerjaan yang layak dan timbul kepercayaan diri sendiri. Tidak sekedar dihalau, diusir, kalau malau ada orang gede lewat saja. Jadi untuk mengatasi tindakan-tindakan kasar ini, perlu ada wakil yang bisa membujuk…

3.2.2    Nilai Moral
Yang menjadi unsur moral dalam drama yang berjudul Sepasang Merpati Tua karya Bakti Soemanto adalah si kakek yang tak goyah terhadap iming-iming kekuasaan yang akan didapatnya nanti. Si Kakek lebih mementingkan manfaat dari apa yang dia kerjakan nantiya.
Kakek :    Bidang persampahan
Nenek :      Apa?
Kakek :    Bidang sampah-sampah! Ini perlu sekali, salah satu sebab adanya banjir di kota ini, karena orang-orang kurang tahu artinya selokan-selikan itu. Kau lihat di jalan-jalan yang sering tergenang air itu. Coba selokan itu kita keduk, sampahhnya luar biasa banyaknya…


3.2.3    Nilai Agama
Yang menjadi unsur agama dalam drama ini adalah kemustahilan untuk diajak berdiskusi tentang kehidupan ini. Sebab Tuhan hanya diam saja dan orang mengetahui apa yang mejadi rencana Tuhan setelah terlaksana.
Nenek :        Kurang besar kedudukan itu. Atau diplomat surgawi saja ? (Kakek memandang Nenek)
Nenek :        Tapi lebih sukar, sebab Tuhan sukar diajak berdebat. Tuhan cuma diam saja. Orang hanya mengerti     apa mau Tuhan kalau sudah terlaksana sedang rencana-rencana selanjutnya. Masih gelap bukan? Bagaimana kau mengajukan argumentasi-argumentasimu jika mau ajak Tuhan berdiskusi? (Kakek geleng kepala)

3.2.4    Unsur ekonomi
Yang menjadi unsur ekonomi dalam drama ini adalah banyaknya rakyat yang kehidupannya masih jauh dari kategori berkecukupan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang masih tinggal di bawah kolong jembatan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan dialog berikut :

Kakek :    Seorang diplomat pada hakikatnya adalah seorang yang pandai ngomong. Pandai meyakinkan orang, pandai membujuk. Orang-orang di kolong jembatan itu perlu dibujuk agar hidup baik-baik. Berusaha mencari pekerjaan yang layak dan timbul kepercayaan diri sendiri. Tidak sekedar dihalau, diusir, kalau malau ada orang gede lewat saja. Jadi untuk mengatasi tindakan-tindakan kasar ini, perlu ada wakil yang bisa membujuk…









5 komentar: