http://arti.master.irhamna.googlepages.com/bintang.js' type='text/javascript' galaxy: KETIKA CITRA PERGERAKAN MAHASISWA BURUK DI MATA MASYARAKAT
BACA DAN TEMUKAN HAL-HAL MENARIK

Laman

SELAMAT MEMBACA DAN TEMUKAN HAL-HAL MENARIK

Kamis, 24 Mei 2012

KETIKA CITRA PERGERAKAN MAHASISWA BURUK DI MATA MASYARAKAT k

     Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi, yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya. Berbicara tentang gerakan mahasiswa, berarti kita harus membicarakan konteks historis yang cukup panjang. Dalam buku Penakluk Rezim Orde Baru : Gerakan Mahasiswa 1998 (1999), Soewarsono mengajukan sebuah pernyataan krusial. Baginya, gerakan mahasiswa adalah sebuah keluarga. Ikatan ini terjalin dari serangkaian tonggak-tonggak yang disebut sebagai angkatan. Tak heran jika kita cukup familiar dengan angkatan 1908, 1928, 1966, 1974, 1990 serta yang paling fenomenal, angkatan 1998. Karena menjadi sebuah keluarga, tentu saja angkatan-angkatan tersebut tidak berdiri sendiri. Sebagai contoh, membaca hasil yang diperoleh angkatan 1998 - menumbangkan rezim Orde Baru - tentu tidak dapat dilepaskan dari serangkaian proses yang juga dilakukan angkatan sebelumnya. Dari semua angkatan yang ditonggakkan tersebut, ada satu hal krusial yang patut menjadi perhatian bersama. Gerakan mahasiswa mendapatkan dukungan yang besar dari rakyat.
      Dengan demikian, gerakan mahasiswa merupakan sebuah proses perluasan peran mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat. Adanya gerakan mahasiswa dengan perannya yang signifikan dalam perubahan secara langsung akan membongkar mitos lama di masyarakat, bahwa mahasiswa selama ini dianggap sebagai bagian dari civitas akademika yang berada di menara gading, jauh dari persoalan yang dihadapi masyarakatnya. Di sinilah letak pentingnya sebuah gerakan dibangun, yakni untuk secara aktif dan partisipatif berperan serta dalam proses perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik. Selain itu, sebuah gerakan yang dibangun juga akan meningkatkan daya kritis mahasiswa secara keseluruhan dalam melihat berbagai persoalan yang tengah dihadapi masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun internasional.
      Mahasiswa sebagai kelas menengah memperjuangkan rakyat yang ditindas oleh rezim otoritarian. Sementara rakyat turut membantu perjuangan yang dilakukan mahasiswa. Dari mulai aksi yang halus sampai yang paling anarkis pun mendapat dukungan dari masyarakat. Dari kondisi tersebut dapat dilihat bahwa mahasiswa mampu merumuskan isu-isu yang bersifat kerakyatan yang membela masyarakat banyak. Inilah masa bulan madu antara rakyat dan mahasiswa. Namun, bulan madu itu barangkali harus segera di akhiri. Pasca reformasi 1998, gerakan mahasiswa mengalami disorientasi. Berbagai hal yang dulu pernah diperjuangkan justru menyerang balik mereka. Wacana kebebasan pers, demokratisasi, Hak Asasi Manusia, sampai kebebasan berpendapat justru membuat posisi mahasiswa terdesak.
    Pergerakan mahasiswa kini sudah tidak ilmiah dan jauh dari koridor  akademik. Mari kita lihat kenyataan yang ada. Mahasiswa pada zaman orde lama dan orde baru sangatlah berbeda dengan mahasiswa yang muncul pada masa kini. Betapa tidak? Pada zaman orde lama dan orde baru, mahasiswa begitu penting dan sangat diperhitungkan. Karena pergerakan mahaiswa dianggap sebagai proses perluasan kehidupan mahasiswa dalam masyarakat. Turunnya presiden Soekarno dan Soeharto sebagi presiden karena pergerakan mahasiswa yang begitu gigih. Mahasiswa menganggap tidak pantaslah di negara Indonesia ada pemerintahan seumur hidup. Hal inilah yang mendorong mahasiswa untuk bergerak dan bersatu menurunkan presiden Soekarno dan Presiden Soeharto. Sejak inilah keberhasilan gerakan mahasiswa menimbulkan respon positif dari pihak rakyat atau masyarakat. Mahasiswa dianggap sebagai penggerak utama dalam banyak dimensi perubahan social-politik di tanah air.
      Peristiwa ini telah tercatat dalam sejarah dan memori rakyat. Namun,tidak bertahan sampai saat ini, karena kondisi pergerakan mahasiswa dulu sangatlah berbeda atau bertolak belakang dengan kondisi pergerakan mahasiswa saat ini. Pergerakan mahasiswa saat ini telah menunjukkan pengingkaran terhadap sejarah yang telah menjadi kenangan dalam masyarakat Indonesia. Lihat saja! Gerakan mahasiswa yang turun ke jalan untuk melakukan aksi yang dalam bahasa mereka adalah menyuarakan aspirasi rakyat, membela kebenaran dan keadilan terhadap kebijakan pemerintah yang kurang representative, maupun  kebijakan kampus yang kurang populis bagi mahasiswa. Tapi, toh masihkah aksi mereka berpegang pada aspirasi rakyat? Sebagian besar akan mengatakan lebih banyak sisi negatifnya. Setiap kali mahasiswa turun untuk melakukan demonstrasi, justru yang ada di hati masyarakat adalah keresahan bukan kesenangan atau kebahagiaan. Mengapa? Aksi mahasiswa saat ini, bagi mereka menimbulkan berbagai dampak negatif. Mulai dari pembakaran ban bekas di tengah jalan yang dapat menyebabkan penyakit bagi mereka yang mengirup asap dan memabwa bibit penyakit terhadap ternak. Selain itu, demonstarsi yang dilakukan oleh mahasiswa sering membuat macet jalanan umum. Tetapi yang paling berakibat fatal dan lebih meresahkan masyarakat adalah aksi demonstrasi mereka berujung anarkis. Jika demikian ini, maka akan timbul kata-kata bahwa mahasiswa  tidak ada  bedanya dengan preman pasar yang selalu menyengsarakan masyarakat.              
      Sungguh menyedihkan, karena seharusnya mahasiswa adalah panutan yang dapat menyatu dengan rakyat dalam kebenaran, yang selalu peduli dengan rakyat. Tetapi kini terbalik, justru masyarakatlah yang peduli dengan mahasiswa. Namun, kepedulian mereka lebih pada kata prihatin dengan keadaan “bobrok” mahasiswa yang dianggap sudah tidak memegang ideology sebagai mahasiswa.
      Dalam kenyataannya, mahasiswa sebenarnya sekelompok masa yang begitu peka dan peduli dengan keadan sosial. Hal ini terbukti ketika adanya bencana alam yang menimpa salah satu daerah di negeri kita. Para mahasiswa tidak hanya diam. Mereka justru orang pertama yang merasa perlu memberikan sedikit sumbangsi berupa tenaga, bantuan material ataupun bantuan-bantuan lain yang sifatnya dapat mendukung bangkitnya kembali semangat para korban bencana, ataupun membangun kembali mental para korban yang telah terpuruk oleh kondisi dan keadaan. Saat terjadi bencana seperti itu, tidak jarang para mahasiswa yang berkunjung ke lokasi kejadian untuk langsung menyaksikan keadaan sekaligus memberikan sumbangan seadanya kepada para korban. Sumbangan ini, dikumpukan dari hasil kerja keras mereka sendiri. Di bawah panas terik matahari mereka berada di lampu merah untuk menyodorkan kardus-kardus dengan tujuan meminta uluran tangan pada para pengguna jalan berapapun nilainya.
      Selain itu, ada pula dari sebagian mahasiswa yang melakukan penyelamatan langsung dan membantu pemulihan trauma terhadap anak-anak yang tekena musibah, dan dapat pula mengumpulkan pakaian bekas yang masih layak pakai. Para mahasiswa memang sangat terketuk hatinya dalam urusan sosial seperti ini. Tetapi, kepekaan sosial tersebut, tidak banyak menggeser pandangan negatif masyarakat terhadap mereka. Masyarakat terlanjur diracuni oleh pemandangan tidak baik oleh aksi mereka sendiri. Sehingga sulit untuk memulihkan atau mengembalikan citra mahasiswa yang baik di mata masyarakat. Artinya citra buruk pergerakan mahasiswa telah diciptakan oleh mahasiswa itu sendiri.
      Walaupun demikian, masyarakat tidak dapat disalahkan dengan pandangan buruk mereka terhadap pergerakan mahasiswa. Karena memang banyak peristiwa yang memilukan hati akibat dari aksi pergerakan mahasiswa, seperti demonstrasi yang sering dilakukan dengan mengatasnamakan rakyat. Tetapi, justru jauh melenceng dari apa yang diharapkan oleh masyarakat untuk menyuarakan hak mereka. Tidak jarang ditemukan gerakan-gerakan mahasiswa yang “diboncengi” oleh suatu oknum di belakangnya. Sampai para pelakunya mendapatkan imbalan yang bervariasi berupa nasi bungkus, uang saku atau bahkan benda-benda elektronik seperti handphone atau motor. 
Imbas dari pergerakan semacam itu menyebabkan lunturnya animo masyarakat terhadap pergerakan mahasiswa yang bersifat murni untuk memperjuangkan kepentingan rakyat dan bersifat ideologis.   
      Setiap demonstrasi yang dilaksanakan oleh lembaga mahasiswa yang masih berpegang teguh kepada idealisme selalu tidak mendapatkan dukungan bahkan hanya mendapat ejekan atau cemoohan dari berbagai pihak. Siapa yang harus disalahkan? Bagaimana mahasiswa yang masih ideal menegakkan kebenaran sedangkan sebagian temannya meruntuhkan kebenaran dan idealime itu sendiri. Mereka bagaikan menggunting dalam lipatan. Memang, menyatukan persepsi mahasiswa tentang memobilisasi suatu pergerakan merupakan hal yang sangat sulit. Harus ada isu-isu yang bersifat nasional dan merupakan kepentingan bersama tanpa menguntungkan siapapun baik secara materiil maupun politis.
      Gerakan-gerakan yang dilakukan mahasiswa sudah tidak bersikap bijak dan seolah-olah menonjolkan sikap egoisme dan organisasi. Dapat kita lihat disetiap aksi yang dilakuka mereka selalu mengutamakan bendera-bendera organisasi. Seperti yang terjadi pada tanggal 1 November 2007 di Banjarmasin, aksi besar-besar mahasiswa sangat disayangkan. Kerna dalam aksi mereka, sidah tidak mempedulikan ideologi, tidak mementingkan kebijakan. Tetapi, justru menonjolkan egoisme untuk setiap organisasi yang menaungi mereka. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya mahasiswa tidak terlihat lagi karena telah ditutupi oleh bendera yang mereka bawa. Sehingga tampak jelas bahwa mereka jalan dengan menonjolkan organisasi yang mereka masuki.
Saat ini, Sikap ilmiah juga semakin berkurang dalam jiwa para mahasiswa. Forum-forum diskusi dan seminar-seminar terlihat sepi peserta, tulisan-tulisan ilmiah pun sudah jadi barang langka, buku-buku kehilangan pembacanya, perpustakaan juga tidak lagi jadi tempat baca buku, tapi jadi tempat nongkrong dan kenalan, atau bahkan tidak dikunjungi sama sekali! Justru acara-acara seperti festival Band, pentas seni, atau demonstrasi, malah laris manis.
       Sebenarnya pandangan masyarakat dapat berubah, jika pergerakan mahasiswa kembali ditata dengan baik. Mulai memperhatikan etika-etika pergerakan dan demonstrasi agar tidak meresahkan masyarakat. Pergerakan mahasiswa harus mampu menunjukkan bahwa mahasiswa merupakan generasi penting dalam suatu negara. Karena Kalau pemudanya kuat maka negara akan kuat juga. Bisa dibayangkan apabila calon “pencerahnya” tidak beretika, maka bagaimana generasi dibawahnya ? Pasti akan lebih buruk dan kemungkinan bangsa ini akan berubah dari bangsa yang mempunyai budaya ramah, toleransi, menghargai orang lain menjadi bangsa yang kasar bahkan hanya budaya latah.
      Sudah saatnya pergerakan mahasiswa ditimbang-timbang kembali kepada jati diri mahasiwanya. Yang sangat diperlukan adalah kembali membaca buku, menulis karya-karya ilmiah, berdiskusi, menemukan pengetahuan baru, mengisi diri dan jiwa dengan tradisi ilmiah. Agar jika suatu saat nanti kembali ke masyarakat, maka tidak membuat diri sendiri malu dihadapan orang banyak. Sehingga pandangan masyarakat terhadap mahasiswa tidak buruk lagi. Apa jadinya jika mahasiswa sudah tak lagi dipercaya sebagai tingkatan masyarakat yang tinggi derajatnya? Apalagi sampai terlibat skandal negatif seperti demonstrasi yang selalu saja meresahkan kehidupan masyarakat. Sebagai mahasiswa yang memiliki ideology, maka harus mencoba merebut kembali citra baik sebuah pergerakan mahasiswa dalam pandangan masyarakat. Sehingga dapat seiring sejalan dan saling bekerja sama antara mesayarakat dan mahasiswa. Mahasiswa memperjuangkan masyarakat dan masyarakat turut membantu perjuangan yang dilakukan mahasiswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar