http://arti.master.irhamna.googlepages.com/bintang.js' type='text/javascript' galaxy
BACA DAN TEMUKAN HAL-HAL MENARIK

Laman

SELAMAT MEMBACA DAN TEMUKAN HAL-HAL MENARIK

Jumat, 08 Juni 2012

RPP Deduktif-Induktif


                                             RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
                                                                              (RPP)


A. STANDAR KOMPETENSI
      Menulis: menggungkapkan pikiran, pendapat, dan informasi dalam penulisan karangan berpola deduktif  dan induktif.

B. KOMPETENSI DASAR
     Menulis karangan berdasarkan topik tertentu dengan pola pengembangan deduktif dan induktif

C. INDIKATOR
a. Kognitif
   a) proses
       Menemukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf
       Menemukan kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama
       Menemukan paragraf induktif dan deduktif
   b) Produk
       Menentukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf
      Menentukan kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama
      Menentukan paragraf induktif dan deduktif
 b.  Psikomotor
      Menjelaskan perbedaan paragraf deduktif dan induktif
 c.  Afektif
  •   Karakter
  •   tanggung jawab
  •  kritis
  •  disiplin
    a) Keterampilan sosial
  •  Berbahasa santun dan komunikatif
  •  Partisipasi dalam (kerja sama) kelompok
  •  Membantu teman yang mengalami kesulitan
  D. TUJUAN PEMBELAJARAN
   a.  Kognitif
    a)  Proses
         Setelah membaca dan memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca nyaring, siswa secara berkelompok diharapkan dapat
  •     Menemukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf
  •     Menemukan kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama
  •     Menemukan paragraf induktif dan deduktif
    b) Produk
         Setelah menemukan hasil pencapaian tujuan proses di atas, siswa secara berkelompok diharapkan dapat
  •     Menentukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf
  •     Menentukan kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama
  •     Menentukan paragraf induktif dan deduktif
   c)  Psikomotor
        Setelah menentukan dan memahami hasil pencapaian tujuan produk di atas, siswa secara mandiri diharapkan dapat
  •     Menjelaskan perbedaan paragraf deduktif dan induktif 
  •     Afektif
  •     Karakter
       Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan dalam berperilaku yang meliputi sikap
  •     tanggung jawab
  •     kritis
  •     disiplin
  •     Keterampilan sosial
        Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan kecakapan sosial yang meliputi
  •     Berbahasa santun dan komunikatif
  •     Partisipasi dalam (kerja sama) kelompok
  •     Membantu teman yang mengalami kesulitan

 E.  MATERI PEMBELAJARAN
  •     Paragraf yang berpola deduktif dan induktif
  •     Kalimat utama dan kalimat penjelas
  •     Perbedaan deduktif dan induktif
   F.  MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
  •     Pendekatan              : Pembelajaran Kontekstual
  •     Model Pembelajaran: Kooperatif Tipe STAD
  •     Metode                   : tanya jawab, pemodelan, penugasan, dan unjuk kerja
  G. BAHAN DAN MEDIA
  •     Wacana tulis (artikel)
  •     LKS
  •     Kertas HVS
  •     ALAT
  •     Spidol
  •     Format evaluasi
  •     Pedoman penilaian dan penskoran


    H. SKENARIO PEMBELAJARAN

No.KegiatanPenilaianPengamat



1  2  3  4
A1Kegiatan Awal      (15):                                                       Tahap 1 (5 menit): Pemancingan dengan mula-mula menanyakan kesiapan belajar siswa, lalu menanyakan pengetahuan dan pengalaman siswa tentang paragraf.
Tahap 2 (10 menit): Pengarahan dengan mula-mula bertanya jawab tentang jenis-jenis paragraf  berdasarkan letak kalimat utamanya, kemudian diakhiri dengan penegasan guru tentang tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam proses pembelajaran pada pertemuan itu.


B1Kegiatan Inti (55 menit):(55 menit): guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, kemudian memberikan pemahaman kepada siswa mengenai paragraf deduktif dan induktif, serta perbedaan antara kalimat utama dan kalimat penjelas        

C1Kegiatan Akhir (10 menit)    Siswa bersama guru merumuskan kesimpulan umum atas semua butir pembelajaran yang telah dilaksanakan;
    Siswa  diminta menyampaikan kesan dan saran (jika ada) terhadap proses pembelajaran yang baru selesai mereka ikuti;
    Guru menugaskan siswa untuk mencari artikel di media masa yang akan mereka identifikasi paragraf deduktif dan induktif  


Jumlah



          
   I.  SUMBER PEMBELAJARAN
  •     Wacana tulis
  •     Materi Essensial MGMP Sekolah
  •     Lembar Pegangan Guru
  •     LKS 1 ; LKS 2
  •     LP 1 ; LP 2
  •     Silabus

    J. EVALUASI DAN PENILAIAN
    a.  Evaluasi
  •  Evaluasi Proses: dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas peserta  (siswa) dalam menggarap tugas, diskusi, kegiatan tanya jawab, dan dialog informal.
  • Evaluasi Hasil: dilakukan berdasarkan analisis hasil pengerjaan tugas dan pengerjaan tes, dan pengamatan unjuk keterampilan (performance)

    b.  Penilaian
     a) Jenis Tagihan Penilaian: LKS 1 dan LP 1, LKS 2 dan LP 2, , LP 4, LP 5
     b) Tugas Individu: menggunakan LKS 3 ; LP
     c) Bentuk Instrumen Penilaian:
  •   Uraian bebas
  •   Jawaban singkat
  •   Pilihan ganda


Satuan Pendidikan       : SMA
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester           : XI/I
Standar Kompetensi    : Membaca
Kompetensi Dasar       : Menemukan perbedaan paragraf induktif dan deduktif melalui kegiatan membaca intensif

LEMBAR PEGANGAN GURU
 (LPG)
A. Pengertian Paragraf
          Paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, “menulis di samping” atau “tertulis di samping“) adalah Unit terkecil sebuah karangan yang terdiri dari kalimat pokok atau gagasan utama dan kalimat penjelas atau gagasan penjelas. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi.
Syarat sebuah paragraf di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni:
a. Kalimat utama
    Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.

b. Kalimat Penjelas
    Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.

B. Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama
     Letak kalimat utama juga turut menentukan jenis paragraf. Penjenisan paragraf berdasarkan letak kalimat utama ini terbagi atas 4 yakni :
a. Paragraf Deduktif
    Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus.
    Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu kalimat utama terletak di awal paragraf.

b. Paragraf Induktif
    Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum.

c. Paragraf Campuran (Deduktif-Induktif)
Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan untuk lebih mempertegas ide pokok. Jadi pada dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua.
    
d. Paragraf Tersebar
    Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama, berarti pikiran utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau deskripsi.



DAFTAR PUSTAKA
Irawan, yudi (dkk). 2007. Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Perbukuan



          
LEMBAR PENILAIAN
LP 1: KOGNITIF PROSES
Pedoman Penskoran LKS 1
No.KomponenDeskriptorSkorBobotskor x BobotCatatan
1.
Menemukankalimat utama dan kalimat penjelas dalam  parag
a.Dapat menemukan kalimat utama  dan kalimat penjelas pada semua paragraf

b.Hanya dapat menemukan kalimat utama  dan  kalimat penjelas pada beberapa  paragraf .

 
c.Tidak dapat menemukan  kalimat utama dan kalimat penjelas dalam paragraf.

2




1





0



5

2.Menemukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif      

a.Dapat menemukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif  pada semua paragraf

b.Hanya dapat menemukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif  pada beberapa  paragraf .

c.Tidak dapat menemukan  paragraf yang berpola deduktif dan induktif  pada semua paragraph
2





1





0






Jumlah






 
Jumlah              
Catatan :  0 = Sangat kurang
               1  = kurang
                2 = baik 
Cara Pemberian Nilai
Rumus :  nilai=(skor perolehan siswa)/(skor maksimum)    X 100
              

LP 3 = Psikomotor
Pedoman Penskoran LKS 3
No.KomponenDeskriptorSkorBobotSkor x BobotCatatan
1.Menjelaskan perbedaan paragraf deduktif dan induktifa.Dapat menjelaskan dengan sangat jelas dengan bahasa yang efektif dan santun.
b.Dapat menjelaskan, namun dengan terbata-bata.
c.Tidak dapat menjelaskan apa-apa.




Jumlah

Catatan :  0 = Sangat kurang
               2 = cukup baik
               3 = baik 
Cara Pemberian Nilai
Rumus:  nilai=(skor perolehan siswa)/(skor maksimum)    X 100





LP 4 = Afektif : Perilaku Berkarakter

Petunjuk :
Berikan penilaian atas setiap perilaku berkarakter siswa menggunakan skala berikut :
A = sangat baik             B = memuaskan
C = Cukup baik            D = kurang baik

Format Pengamatan Perilaku Berkarakter

No.Rincian Tugas KinerjaMemerlukan Perbaikan
(D)
Menunjukkan Kemajuan
(C)
Memuaskan
(B)
Sangat Baik
(A)
1.Tanggung Jawab



2.Kritis



3.Disiplin






                                                                                                                 Hari/Tanggal :

                                                                                                               Guru/Pengamat


                                                                                                           (…………………..)




LP 5 = Afektif : Perilaku Keterampilan Sosial

Petunjuk :
Berikan penilaian atas setiap perilaku berkarakter siswa menggunakan skala berikut :
A = sangat baik             B = memuaskan
C = Cukup baik            D = kurang baik

Format Pengamatan Keterampilan Sosial
No.Rincian Tugas KinerjaMemerlukan Perbaikan
(D)
Menunjukkan kemauan
(C)
Memuaskan
(B)
Sangat Baik
(A)
1.Berbahasa santun dan komunikatif



2.Partisipasi dalam (kerja sama) kelompok



3.Membantu Teman yang Kesulitan






                                                                                                   Hari/Tanggal :

                                                                                                 Guru/Pengamat


                                                                                             (…………………..)




MEDIA PEMBELAJARAN


Bacalah Kutipan Artikel Berikut!
Efek Rumah Kaca
      Segala sumber energi yang terdapat di bumi berasal dari matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika mengenai permukaan bumi, energi berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagi radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbondioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini.gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi. Akibatnya panas akan tersimpan di permukaan bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata  tahunan bumi terus meningkat.
     Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsenterasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya. Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala mahkluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15˚C (59˚F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33˚C (59˚F) dengan efek rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18˚C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi). Akibatnya jumlah gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya.
     Kenaikan suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan.misalnya naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan
       Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perbedaan politik dan publik di dunia mengenai tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut. Sebagian besar Negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

                                                                                                                 Kendari,  Desember 2011

Guru Pamong                                                                                             Mahasiswa KKP



                                                        
HARLINA, S.Pd                                                                                       A R I S
NIP  197605292007012012                                                                     A1D1 07 105




                                                                          Mengetahui,
                                                      Kepala SMA Kartika VII-2 Kendari



                                                               Drs. H. NP. DAHLAN

Kamis, 07 Juni 2012

BENAR-BENAR DILEMA

24 Oktober 2010

senja menjadi saksi  di antara kita
saat mataku menatapmu, sendu rasanya hati ini
maafkanlah aku yang tak menuruti keinginanmu
aku tidak dapat meninggalkannya dan tak dapat mengabaikanmu
dengan ini jiwaku benar-benar terguncang
haruskah kuterlarut  dalam kebingungan yang mendalam
ku tahu di sana kau sudah penuhi hatimu dengan cacian untukku
sebab kau telah menghiasi pikiranmu dengan berjuta pengharapan
kusadari semua salahku, tapi keberadaanku saat ini cukup membuatku dilema
dia penting bagiku dan kamupun penting bagiku
sungguh sulit berada di antara dua insan yang sangat berarti
ini juga membuatku sulit mengambil keputusan
memikirkan ini, kuharap kau tak bosan padaku
kuharap kau tak mengulurkan kembali tanganmu untuk orang yang pernah bergenggaman denganmu dulu
kuhanya ingin kau kembali meraih dan menggenggam tanganku untukmu
tapi, masihkah kau ada untukku? Semoga iya, karena ku rindu...


ITH@

TRADISI ADAT "KARIA" KHAS KALAMBE WUNA

        Tak...tak…tak...tum…tum…tum...tak…tak…tak…tum…
    Malam semakin meriah dengan tabuhan gendang dan dekorasi panggung yang bertabur manik-manik berhiaskan lilin-lilin “sultaru”. Nampak para Kalambe Wuna (gadis-gadis Muna) yang anggun dan cantik jelita. Mereka berpakaian adat Muna lengkap dengan “kabadha” (kelengkapan aksesoris di kepala), dan duduk manis di kursi yang dilapisi kain putih. Di belakang mereka berdiri ibu masing-masing dengan wajah ceria dan senyum mengembang. Hal ini menandakan bahwa ada kebanggaan tersendiri dalam diri orang tua yang telah memiliki anak gadis dan anak gadisnya tersebut telah beranjak dewasa.
     “Karia” memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Muna. Betapa tidak?  Tradisi adat “karia” merupakan sebuah pintu gerbang menuju kedewasaan bagi kalambe-kalambe Muna, sehingga makna yang melekat pada tradisi ini harus diletakkan sebagai sebuah filterisasi bagi kalambe Muna dalam memaknai gesekan prilaku yang berkembang akibat modernisasi. Artinya, makna “karia”, dijadikan sebagai pensucian dan kesiapan menuju kedewasaan, dan harus siap untuk bersikap dalam melihat realitas hidup yang semakin keras. Adat “karia“ juga merupakan suatu prosesi yang wajib dijalani oleh seorang gadis sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Sehhingga orang tua merasa bertanggung jawab jika anak gadisnya sudah beranjak dewasa.
      Sungguh menyenangkan bagi seorang kalambe Muna yang sedang menjalani tradisi ini. Mengapa? Jika kita ikuti,  tradisi adat ”karia” berlangsung selama 4 hari 4 malam. Malam pertama, disebut malam  “kafoluku” (masuknya para gadis dalam kamar pingitan).  Sebelum masuk dalam “kaghombo” (kamar pingitan) ada ritual-ritual yang harus dijalani para gadis. Diawali dengan dimandiakannya para gadis oleh orang tua yang dipercaya (modhi) yang disebut ritual “kakadiu”. Setelah itu, para gadis dipersilahkan duduk ditikar dari daun kelapa hijau (ponda) dengan hanya mengenakan sarung. Kemudian, disuruh mengambil ketupat yang disediakan di talang besar dengan cara membelakang dan menggunakan tangan kanan. Ritual ambil ketupat ini menunjukkan ramalan nasib sang gadis masa depan. Selanjutnya, para gadis masuk satu persatu ke dalam “kaghombo” dengan berjalan jongkok. Di dalam “kaghombo” (kamar pingitan) ada aturan-aturan yang harus ditaati oleh para gadis, yaitu tidak boleh berdiri, tidak boleh buang air besar, tidak boleh menggaruk pakai tangan kecuali pakai sisir.
       Malam kedua pingitan disebut malam “kaghombono patirangga”. Pada malam kedua ini ada dua pasang remaja yang dipercayakan untuk mengambil air, lalu disimpan (doghomboe) . Malam ketiga disebut malam “kaalanao patirangga”. Pada malam “kaalano patirangga” (mengambil bunga paci), dua pasang remaja mengambil bunga paci untuk dipakai oleh para gadis yang dipingit. Pada hari ke-4, ada tradisi  “kabahalengka” yaitu kamar pingitan dibuka. Dilanjutkan dengan acara merias yang dinamakan “kabhindu”. Dalam acara ini diiringi dengan pukulan gong dan tabuhan gendang yang menambah semarak acara “kabhindu” tersebut.
      Setelah malam hari tiba, di sinilah dinamakan malam “kafosampu” yaitu para gadis yag telah dirias digendong sampai di atas panggung. Setelah para gadis duduk dan lilin-lilin “sultaru” menyala, muncul ritual “kafotanda”. Ritual ini dilakukan oleh orang tua (modhi) yang disebut “fokantandano”, sebagai tanda selamat telah selesai atau melewati acara pingitan kepada para gadis yang dipingit.
Acara puncak pada malam “kafosampu” adalah para gadis yang dipingit menari di atas panggung. Tarian ini didahului dengan menarinya “sumareno” (yang membuka acara tari). Diiring dengan tabuahan gendang oleh “karia kogandano”. Para gadis menari dengan “osamba” (selendang putih). Selanjutnya pada saat menari, para gadis mendapatkan hadiah dari para pengunjung atau para penonton, baik keluarga, teman,atau kerabat dekat. Proses pemberian hadiah adalah dengan melemparkan hadiah yang akan diberikan kepada gadis yang dipingit tepat saat ia menari. Seperti itulah, para gadis menari satu persatu dari “matansala” (pimpinan)  sampai selesai.

TARI SARE (KHAS MUNA)


Sare berasal dari kata sariat atau sara yang berarti perubahan keagamaan. Tapi sare dikenal di Muna sejak awal abad ke-16 mulainya agama Islam masuk ke daerah Muna. Tarian ini bermotifkan didikan keagamaan bagi puteri-puteri yang dipingit selama berada dalam ruangan tertentu yang berlangsung selama empat hari empat malam. Tarian ini pada mulanya hanya dimainkan oleh seorang perempuan yang merupakan pembimbing puteri-puteri yang dipingit yang disebut pomantoto yang dimainkan pada setiap malamnya selama pingitan berlangsung dan menyanyikan lagu sare. Setelah menjalani peningkatan mutu dan penampilan makna tarian berkembang dengan pemain lebih dari satu, 6-8 orang, sesuai yang kita berikan sebentar nanti.


Pencipta/Penata Tari : Amir Syam.

TULA-TULANO SANGIA WARUMBEI

     Dhamani waono naandoomo nikonando Wa Rumbei. Warumbei nagha neano mie robhine, nifahamughoondo awando wale-ale. Kontu anagha lateno te wunta-wunta, norme pedamo seghonu medha notukoe fato poi kontu morubuno. Ne wuntano naando o loso, ikonando losono radhaki.
Losono radhaki anagha nembali katantuano radhakino liwu setaghu folu. Norato kaawu maanano bongkano taghu, nikonando Fonisihano Turunano sangia. Nolapasi kaawu dalangino tutura, nofolukumo limano mampeda nelosono kontu sangia otawa losono radhaki. Barangka nofoluku limano mampeda inia, nondalo maka noratoe dasarano, maananoa nondalo dua radhakiino liwu setaghu folu. Pedamo dua nampu nofoluku limano Mampeda miina naendalo losono, sanorowi noratoemo, maananoa nomaho dua radhaki otawa dowisw-wise radhakiino liwu.
     Nandomo seghonu kadhadhia welo liwu. Doratomo tantara katuduno Ternate nikonando kapuburusino tobelo, damohansuru liwuno wale-ale. Damohansurumo kaawu liwuno wale0ale ini, dofetingkemo bisara, lenteno maighoo te wawo gunu Warumbei ini.
“lahae bhaara itu  somohansuruno Wale-ale?”
      Dofetingke kaawu bisara anagha tantara Topbelo kansuru dofoni tewawono gunu Warumbei ini, dokapihi totono kamaighoohano bisara maitu. Gaar bisara nefetingkendo maitu nobhete maighoo welo sepoi kontu bhalano (kontu sangia). Pasino anagha tifetingkeno tora suara: “Koe omehanda-handaamua ne Wale-ale ini. Liwu aini liwu molala. Kadekiho ewangiomu mieno, karukuno kaawu paemo otumaloeomu. Natumalomo karukuno, potumaloomu kontuno. Natumalomo kontuno, potumaloemu oeno. Natumalomo oeno, potumaloemu wutoku.”
      Tantara Tobelo dofetingka bisara anagha nohende amarando. Dopamurumo tantara Tobelo ini damohansuru kontu bisarano nagha. (dadihanomo kontu sangia warumbei mina naengkonu peda sawawono, rampano doturakie tantara Tobelo). Tudu pogau, sesehae doratodamo kawule tantara Tobelo ini bhe noratoda kampau. Dealamo roono sau maanano sokaempesindo daolodo welo kawule bhe kampaundo maitu. Pasino kaawu, noratodamo kamoito molala koseghuluhando. Kulindo norara pasae nekantibhano rendeno ifi. Kansuru dokofile-filei tantara Tobhelo ini.
     Bhalipogau, naandomo dua mie welo liwu kakalabhia otawa o wali-wali, neano Wa Rumbei. Wa Rumbei nagha nefahamughoondo liwu awanomo Wale-ale, rampano anoa nagha bhaa-bhaano tumarimano kitabhu maighoo ne Saidhi Rabba o Quraani.
      Nandomo kaawu kadhadhiano tantara Tobelo ini, dosangiaemo mieno liwu kontu bisarano nagha. Nefoghonumo mieno liwu Wa Rumbei ini damufakaghoo so Tuturano Kontu Sangia. Dopokakapoi mieno liwu maanano, dorame-rame bhe domangarohiane maitu mbali tumpuno lalondo maananoa, sawali dhaano kontu sangia notalo tantarano Tobelo.
    Welo tuturano sangia doniati maananoa mbali kasalamabhari-bhari bhe kasalamano liwu, nobhatatamo Wa Rumbei ini welo tuturano maitu: “laha-lahae pata marasaeano fonisihano tuturano sangia, namintarae sangiano wite. Nakumala welo karuku natu maburie kampulaho, tawa nakumala we tehi natumoloe buea, natibuna wurino, naeghefi-ghefi, naeghabu-ghabu we wite morani”. Kansuru noila wa Rumbei maitu.
     Dadihanomo kontu sangia dokonae sangia Wa Rumbei rampahano dofahamuane mieno liwu, wa rumbei ini posarangkano welo kontu tumalonomu kampuburusi otawa tantara Tobelo ini. Sesetaghu namesua wulano poasaha, sangia warumbei sadhi dotuturae nikonandomo tuturano sangia warumbei.

TULA-TULANO SAIDHI RABBA


   Dhamani wawono naandomo katudu maighoo we witeno Arabu dorudua Sye’ mbali fofogurughoono dhalamino kaislamu maanano ne witeno Wuna ini. Nendo Sye’ nagha, semie neanoa Saidhi Rabba, semie neano ne Wolio inia dokonae Bhatua Poaro. Kandiho dokonae Bhatuo Poaro rampahano noere maitua noangka bhatini. Dadi neano sakotughuhano we witwno Arabu dokonae abudhu Wahidi.
      Dameremo kaawu Sye’ maitu dopobhotumo deki. Aitu welo kabhotundo maitu konae tana siua wula siua gholeo dapoghawamo we witeno Wolio. Dadi nofeenamo Saidhi Rabba ini, bhahi daahae sodapointagighoo madakaawu. ‘Aitu sadapoghawa kaawu, aekabusaki hulamu, so omeena kanau ; hintumo itu sabhangka? Amohundaangko kireku, maananoa inodimo itu.”
Pada kaawu dopobhotu nagha doeremo. Saidhi Rabba noere nosawi ne kapusuli, rato Abdhu Wahidhi nomate.
      Dadi welo kaereno nagha Saidhi Rabba inia nopee we napano Walengkabola., we napano Laghontoghe, welo kamotugha we liwu ngkodau. Nenaghamo bhaa-bhaano dhalano kaislamu ne wuna ini. Nofoguruandamo kaislamu miehino Laghontoghe ini, nofoguruanda alahano oendo bhe alano wakutu. Dopokapo-kapoimu dua maanano mie ne liwu mbali defoere maasigi so kasambahaeaha liu.
      Dadhi wakutuu anagha te Wuna noparintae nekonando Sangia Latugho, Omputo Sangia Latugho. Sewakutuu Sangi Latugho ini nopakatu kaowilino nemie popaano kaparasaeano dakumala we Laghontoghe so dabhasi Saidhi Rabba nammai te Kamali. Wakutuu amaitu, Saidhi Rabba mina namai rampano nofekiria sangia latughoo nepiara wewi.
      Nobisaramo saidhi Rabba nemie kaparasaeano sangia latugho maitu,” nembali amai te kamali, wewi kapiarano sangia latugho damogampiemo”. Dosulimo mie poaano maitu damoratoghoo pogauno Saidhi Rabba ne sangia lataugho. Nofetingke anagha, sangia latugho kansuru nofokala wewino, tanerunsa kaawu fatao ghulu. Raaghulu wewi moghane dokonae apogelo bhe apulangkati, ane wewi robhine dofokoneaane wa kambadidi bhe wa kamba wite. Nenomo kadadi aini nembali bhatata welo kaago-ago te Wuna.
Pada kaawu nofokala kadadi nepiarano maitu, sangia latugho notudumo tora mie neparasaeahino damorato saidhi Rabba,”ane namenakoomu Saidhi Rabba, bisaramo padamo afofuleie kadadi nepiarakua”. Mahingga pedamaitu, saidhi rabba mina tanakumalamo du ate Kamali, maka tanowaagho kadeki wite ne sangia latugho sonamekangkiloghoo Kamali.
Pada kaawu dofekangkilo Kamali, doratomo tora dakumaapi Saidhi Rabba, aitu Saidhi Rabba nohundamo. Norato te Kamali, Saidhi Rabba nowuramo mieno lambu sangia latugho nokamokulamo bhe nokoghua-ghua, tamaka mina dakoanaa. Kabaruno sangia latugho ampa paratoha saidhi Rabba maitu. Nefebasaghoomu dhoa deghawagho anahi peda dua bhaindo.
Nowura mieno lambu sangia latugho maitu, saidhi rabba tanokamboi. Nowura kadhadhia amaitu sangia latugho nofenembuso bhe nopogau,”sooku mina bhe kakaeno Saidhi Rabba ini, gaara naando dua kakaeno”.
      Dadi noambanoanemo dua pogauno sangia latugho ini saidhi rabba. “Ane pedaanagha sangia meala oe akumadiughoo mieno lambuno sangia ini. Pada kaawu nokadiu mieno lambuno sangia ini, kansuru notibhali pasaeno kalambe kabua-bua.
Pada anagha nebasaandamo dhoa. “Aitughoghondo kanau sangia, pontokanau bahahi nehamai noturu luuku. Barangka natumuru ne soanaku naseturu, maananoa somobghane anamu. Barangka natumuru ne kemaku naseturu, maananoa okoanaghoo robhine. Barangka natumuru koraawetahae, maananoa okoanaghoo kalopo, moghane bhe robhine”.dhadi wakutuu notafakuru nebasa dhoa nagha saidhi rabba inia notontoe sangia latugho ini nopoangka noturu luuno matano Saidhi Rabba ini, nesuanano.       
      Pada kaawu nebasa dhoa nofeenamo saidhi rabba bhahi daahae newurano sangia latugho inia. Nopogaumo sangia latugho ini, konae nesuana tumuruno raaturu nopoangka.
Nopogauo saidhi rabba ini: “Aitu pedamo nepogaughooku aniini, dadi mada kaau anoamu omoghane darusua. Aitu akumonaandamo idi neandoa. Dadi o isa amokoneae Hasani, rato oai amokonae Husaini.
     Nofoguruandamo dua kaislamu Saidhi Rabba ini tae wuna nofoguruandamo ngadhi maanano sambahea, bhari-bharie dhalangino kaislamu nofoguruanda. Dofoeremo dua maasigi te wuna maitu. Norato kaawu tantuno wakutuuno. Maanano kapodhandihano bhe Abudhu Wahidhi inia, tanaseghole Saidhi Rabba inia noeremo te Wolio so napoghawaghoo abudhu Wahidhi ini.
Maemo dua anagha nerunsa pogau Saidhi Rabba inia, konae nefogurughoono ini maanano kulino kaawu kaislamu, mada kaawu naando semie Sye’ tora sorumatono we Wuan ini somoguruanda ihino kaislamu. Nepatudhughoonomu Abudhu Wahidhi.

PANTUN BAHASA MUNA

 OLEH
ITAMEIARNI                                                                                                                                                                   Pantun Orang Tua
Aeindamo nganii-nii
Turu folono domateane
Ane dapototoi bhela ngkaninni
Daposuru sampe mate

Waesembali sangia
Namora tundano lalo
Sumintano we tolombata
Ambahi lahae panaomangka lalo


Pantun Remaja
Mbose itu mpiki suli
Dhehaeno mbia-bhia
Idi itu mpaisehi
Kmomeri ngkanaua

Nobhie dua ghuse indewi
Nobhie tora alo aini
Noafa nowulagho mataku ini
Gara kamboi La Dua kiri

Pantun Nasihat
Manu ngkariri ngkaesetie
Nohoro bhenengkasese
Dosimbasi-mbasitie wamba sumempa koise

Aembulumo roo gholo
Aangka dua aeota roie
Fekapande-pande lalo
Nobharighoo mbasitie

Pantun Jenaka
Aerakomo oghule lolu
Atrie welo sere
Ghondo-ghondoe ngkalolu-lolu
Garaho itu pande posere

Akalamo te watopute
Aangka dua aegholi pae
Awura wangkuni nomarampute
Gaara kaasi nebura pae


Pantun Anak-Anak
Akalamo welo karuku
Awura mie netando patu
La Ane watu sakaba-kabaru
Gara rampano nebhadhu bughou

Akalamo we sidodadi
Aepake sandali wungo
Maio dapointa-intagi
Daeota kalembungo