Puisi yang berjudul “Lirik November” karya Bode Riswandi terdiri dari 8 stanza, 29 larik, yang masing-masing stanza terdiri dari 3, 4 dan 6 larik. Dari judul puisi ini yang berjudul “Lirik November” menyatakan suatu kejadian yang terjadi pada bulan November.
Stanza pertama :
“melayari November yang subuh di mata ini
mengenali batin yang menyauh di dalam diri
yang rapuh.”
Pada stanza di atas , larik pertama “ Melayari November yuang subuh” November menggambarkan bahwa pada bulan itu atau pada bulan November merupakan bulan di mana Bode Riswandi dilahirkan. Jadi mungkin melayari November yang subuh berarti pada saat ulang tahunnya di bulan November, atau mungkin dia terbangun saat subuh dan ketika dia terbangun dan teringat bahwa pada hari itu tepatnya bulan November adalah hari ulang tahunnya. Nah mungkin pada saat itu, ketika selesai shalat subuh dan sinar matahari pagi sudah mulai menyinari bumi maka dia mengatakan melayari November berarti pada saat memasuki bulan November itu dan ternyata bulan itu bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Pada lirik selanjutnya “di mata ini mengenali batin yang menyauh di dalam diri yang rapuh” mungkin pada saat hari ulang tahunnya itu dia teringat dan merenungi dirinya bahwa ternyata dengan usianya yang semakin berkurang, dirinya masih tetap berada pada keadaan yang rapuh, atau mungkin seolah-olah tak berguna atau belum banyak bermanfaat dalam hidupnya.
Stanza II
Angin menjelang dalam bentuk seribu tembang
Usiaku ngambang dalam langkah-langkah telanjang`
Mencari rindu tak berpintu seperti aku mencintaimu.
Pada Stanza ini irama yang diciptakan sangat indah sekali. Seperti penggunaan kata “menjelang, terbang, ngambang, dan telanjang”. Penggunaan kata-kata itu membentuk rima yang sangat indah. Pada larik pertama “ Angin menjelang dalam bentuk seribu tembang”, Angin di sini adalah suatu zat yang tidak dapat dilihat namun kedatangannya atau hembusannya dapat dirasakan. Kemudian seribu tembang mungkin maknanya i sini adalah begitu banyak tembang yang terdengar saat subuh itu atau mungkin ada siulan burung dan gema lantunan ayat-ayat suci maupun alunan musik rohani penyejuk jiwa. Jadi kalimat ini menggambarkan suatu peristiwa yang mungkin ketika merenung di saat subuh, di mana sang fajar berancang-ancang untuk keluar dari tempat persembunyiannya, di saat itu pula semilir angin sepoi-sepoi berhembus seiring dengan lantunan tembang pada saat itu , mungkin tembang yang dimaksud di sini adalah lantunan ayat-ayat suci atau alunan musik rohani yang terdengar sayup-sayup sehingga membawa suasana perasaan penyair untuk merenungi diri bertepatan dengan bulan kelahirannya. Nah pada larik selanjutnya “Usiaku ngambang dalam langkah-langkah telanjang”. Usiaku, ku di sini adalah seorang diri Bode kemudian usiaku berarti menyatakan usia Bode, selanjutnya ngambang dalam langkah-langkah telanjang, ngambang berarti tidak jelas artinya ke mana dan cara atau proses yang dijalani terlalu meluas sehingga sulit atau bahkan belum menemukan titik temu yang sebenarnya. Langkah-langkah telanjang berarti dia melangkah atau mengarungi kehidupannya selama ini, hanya melangkah-melangkah saja, tanpa ada suatu pandangan atau tujuan dalam melangkah. Jadi mungkin dalam usianya yang sudah sekian, Bode merasa arah atau kehidupannya itu masih belum menemukan titik terang sehingga dalam melaluinya masih terombang-ambing oleh arah yang tak menentu. “Mencari rindu tak berpintu. Rindu berarti keinginan atau hasrat ingin bertemu dengan seseorane yang disebabkan karena telah lama berpisah. Tapi di sini dia mengatakan bahwa mencari rindu tak berpintu. Mungkin dalam perenungannya bahwa usaha untuk menemukan sesuatu yang belum dia temukan dalam dirinya dan mungkin sesuatu itu adalah potensi yang belum digali dalam dirinya atau mungkin ada sesuatu yang belum dia ketahui dalam hidupnya sehingga dia mencarinya agar sesuatu itu bias dating atau tumbuh dalam dirinya tanpa harus ada pintu artinya tanpa harus ada proses yang bersumber dari hal atau orang lain, kemudian pencariannya itu dia andaikan “seperti aku mencintai-Mu”, aku di sini adalah diri Bode sedangkan Mu di sini adalah Tuhan . Nah menurut penafsiran saya, pengandaian ini bermakna bahwa kalau kita mencintai Tuhan berarti tidak ada unsur-unsur paksaan dari pihak lain, kecuali kita mennyadarinya sendiri atas keberadaann-Nya dan kita akan mencintai-Nya, maka dalam stanza ini seorang Bode mungkin ingin menemukan sesuatu yang dicarinya itu dapat lahir akibat dari kesadarannya sendiri.
Stanza III
Mengenang ulang tahun adalah kutukan kabut
Maka ciderailah aku dengan pisau kematian yang manis
Sepanjang rinduku menggerimis.
Pada Stanza ini larik pertama “ mengenang ulang tahun adalah kutukan kabut, mengenang berarti mengingat-ingat, sedangkan kutukan kabut, kabut itu berarti suatu suasana yang sangat buram, ketika ada kabut maka kita sulit menebak ada apa di tempat itu. Nah kutukan kabut di sini menurut penafsiran saya adalah walaupun di bulan November itu hari ulang tahunnya dan berarti angka usuanya bertambah tapi sesungguhnya angka usia bertambah dan semakin mengurangi usia kehidupan kita dan tidak ditahu kapan datangnya kematian. “ Maka ciderailah aku dengan pisau kematian yang manis”, aku di sini adalah seorang diri penyair yaitu Bode Riswandi, kemudian ciderailah berarti seolah perintah untuk menciderainya atau melukainya. Dengan pisau kematian yang manis, pisau kematian di sini berarti ajal atau maut yang ditakdirkan dan dikehendaki oleh Tuhan. Jadi Pernyataan Bode “Maka ciderailah aku dengan pisau kematian yang manis. Kembali lagi ke pemaknaan awal, Pisau kematian berarti ajal kematian. Pisau berarti suatu benda yang membuat orang terluka sedangkan kematian berarti suatu keadaan di mana orang sudah tidak bernyawa lagi. Nah pisau kematian menggambarkan suatu keadaan yang membuat seseorang tak bernyawa lagi dalam artian datangnya ajal kematian. Kemudian kata “Manis” tentu bertolak belakang dengan kata “kematian” yamg biasanya kematian itu diimajikan dengan pahit, di mana manis itu bias menggambarkan suatu ketenangan, kebahagiaan ataupun ketentraman, sedangkan kematian menggambarkan suatu keadaan yang di dalamnya sudah tidak ada kehiodupan. Namun antara dua kata yang bertolak belakang dari segi makna bias terangkai dalam satu larik puisi yaitu “pisau kematian yang manis”, mungkin seorang Bode ingin mati atau dia mohon kepada Tuhan agar dia mati dengan membawa ketenangan atau dia ingin ketika ajal menjemputnya, maka dia dalam keadaan yang tenang dan bahagia, jadi dia ingin mati dengan suasana yang damai dan tenang.
“Sepanjang rinduku menggerimis”
Larik ini memiliki keterkaitan dengan larik sebelumnya. “Maka ciderailah aku dengan pisau kematian yang manis sepanjang rinduku menggerimis”,nah di sini seorammmmg Bode ingin mati dalam keadaan tenang dan bahagia, dia memohon untuk menemui ajalnya dengan keadaan seperti itu. “Sepanjang rinduku menggerimis”, rinduku, ku di sini adalah seorang Bode yang ingin mati menggerimis yang menggambarkan suatu keadaan di mana munculnya tetesan-tetesan air hujan yang begitu halus. Tapi tetesan-tetesan itu turun terus-menerus. Jadi imaji menggerimis di sini menggambarkan semangat atau keinginan yang sangat diharapkan oleh seorang Bode sehingga “sepanjang rinduku menggerimis” dapat diimajikan bahwa seorang Bode ingin mati atau ingin menemui ajalnya, dalam keadaan tenang dan bahagia selama keinginan itu masih tertanam dalam dirinya.
Stanza IV
Menelaah wajahku detik luruh di sungai keruh
Reriak kelahiran netes dari daun rahim ke akar diri
Serupa pucuk matahari ia mengaji terik
Menggambartekukur terbang ke ambang kubur
Pada larik pertama dalam stanza ini “menelaah wajahku detik luruh di sungai keruh”. Menelaah berarti mengkaji,mencari atau menafsirkan sesuatu sehingga kita dapat menemukan makna sesungguhnya yang tersembunyi. Wajahku, ku di sini berarti seorang Bode, wajah berarti paras, muka yang tampak atau yang dapat dilihat. Nah jadi menelaah wajahku mungkin dia lebih mencari sesuatu, menafsirkan atau bahkan mengenali karakter dirinya yang diimajikan dengan wajah. Kemudian detik luruh di sungai keruh, Luruh berarti jatuh atau gugur karena sudah waktunya, seperti halnya buah atau daun. Imaji detik luruh di sini berarti menggambarkan suatu perjalanan kehidupan yang waktunya begitu singkat sepertihalnya selang antara detik per detik yang terbuang begitu saja ketika sampai waktunya untuk hilang. Selanjutnya “sungai keruh”, imaji sungai berarti aliran air dan keruh berarti tidak jernih atau kotor, sehingga imaji “sungai keruh” menggambarkan perputaran kehidupan yang tidak menentu atau bahkan kehidupan tersebut sudah ternodai atau tercemar oleh lingkungan hidup sendiri. Jadi pada lirik ini mungkin menggambarkan suatu penelitian atau pengkajian untuk proses pengenalan diri seorang Bode di mana semakin hari semakin banyak waktu yang terbuang bahkan tak dapat dimanfaatkan dengan baik hingga sampai waktunya untuk hilang telah di depan mata, dan masih belum menemukan kehidupan yang sesungguhnya bahkan mungkin kesempatan dan manfaat itu justru mengarah ke arah yang telah ternodai sepertihalnya diimajikan dengan “sungai yang keruh”.
“Reriak kelahiran netes dari daun rahim ke akar diri” berarti gerakan mengombak di permukaan air, atau gerakan air yang merupakan lingkaran.
Akar berarti bagian tumbuh-tumbuhan yang masuk ke dalam tanah sebagai alat pengikat dan pengisap air dan zat makanan atau unsur yang menjadi dasar pembentukan kata. Jadi larik ini mungkin menggambarkan perjalanan hidup kita sejak berada di alam kandungan atau rahim kemudian kita lahir di dunia sampai kita dewasa dan bisa berdiri sendiri.
Stanza V
Waktu memetir di langit ranum
Dan di senja karakas November melayang
Dikapaskan cinta menyeka awang-awang
Kemudian kandas.
Dalam stanza ini menggambarkan dalam perenungannya bahwa waktu berjalan dengan begitu cepat sampai pada waktunya,hingga bulan November lagi akan lepas dan pergi untuk memunculkanlembar kehidupan yang baru atau membuka ruang baru untuk menggapai impian atau cita-cita namun akhirnya akan berakhir juga.
Stanza VI
Mengenang ulang tahun kerongkongan mengapur
Anjing manikan loncat dari balik dada
Menyalak kapak menggantang impian-impian lajang
Pada stanza ini pertama menggambarkan bahwa ketika saat ulang tahun di bulan November tersebut maka usia kehidupannya secara terus menerus akan berkurang yang diimajikan dengan kerongkongan mengapur. Kemudian anjing manikin loncat dari balik dada, ini menggambarkan bahwa timbul dorongan atau semangat dari dalam diri. Selanjutnya Menyalak kapak menggantang impian-impian lajang. Pada larik ini bahwa semangat itu dapat dipicu bagaikan kapak,artinya imaji kapak menggambarkan bahwa ketika kapak dipicu untuk memotong sesuatu seperti kayu,maka kayu itu akan terpotong,mungkin seperti halnya pada larik ini menggambarkan bahwa adanya dorongan atau semangat dalam diri dan bagaimana memicu semangat itu sehingga dapat menggatang berarti ada takaran tertentu terhadap impian-impian lajang di sini telah diketahui seorang Bode Riswandi masih lajang. Maka dapat di gambarkan bahwa impian-impian Bode semasa lajang.
Stanza VII
Aku ingin jadi mawar dalam pelepah rembulan
yang mekar direbah batu dan menyungai
setiap setiap kali disemai.
Dalam stanza ini larik pertama:”aku ingin jadi mawar dari pelepah rembulan”. Aku di sini adalah seorang Bode,mawar itu bunga yang sangat indah berarti rembulan itu adalah sinar bulan yang indah pula yang dapatmenambah keindahan alam di malam hari. Sepertinya kalau bunga mawar yang jika ada sinar rembulan,maka akan bertambahlah nilai keindahan mawar itu. Jadi seorang Bode ingin menjadi mawar dari pelepah rrembulan,mungkkin dia ingin menjadi seorang pribadi yang baik yang dapat bermanfaat dalam kehidupan atau mungkin dia ingin menjadi sosok manusia yang gagah dan berguna bagi orang lain atau mungkin dia ingin jadi sosok yang disenangi oleh orang lain karena keindahan atau kebaikan yang dia miliki.
Yang mekar di rebah batu, di rebah batu berate tidak ada kehidupan atau kering dan di sini ada kata mekar yang seolah-olah tumbuh subur, sehingga mungkin Bode ingin hidup dan tetap berkembang walau[un berada pada pada keadaan yang kering akan kehidupan artinya walaupun lingkungan tidak mendukung maka dia ingin jadi yang terbaik dan yang terindah. Kemudian “Menyungai setiap kali disemai” ini mungkin menggambarkan bahwa dia ingin hidup sepertihalnya sungai yang mengalir dan setiap kali dia menggantung cita-citanya, dia ingin dalam proses pencapainnya itu seperti halnya air yang mengalir di sungai artinya tetap tenang dan tidak ada hambatan dalam mengalir.
Stanza VIII
Wahai impian-impian lajang
Yang mendaki kening tropika
Yang berdiam di sungai suaka
Yang khusuk menabuh genta
Jadikan aku cempaka
Menyiang sampai rindu menjelang
Pada stanza ini tentang impian-impian atau cita-cita yang ynag tinggi yang ingin dicapai oleh seorang Bode dan dalam pencapaiannya mungkin dia ingin berjalan lancar dan tenang yang ingin dilindungi seperti halnya sungai suaka , di sini beraebagai pelindurti sungai yang dilindungi dan berusaha dengan sungguh-sungguh atau fokus pada satu titik seperti halnya menabuh genta artunya agra bias didengar oleh semua orang jadi dia ingin bermanfaat bagi semua orang. Selanjutnya jadikan aku cempaka. Cempaka biasanya dijadikan sebagai pelindung di pemakaman.Jadi mungkin dia ingin dilindungi oleh Tuhan sepanjang dia menginginkan kematian itu, seperti dikemukakan dalam larik yang berbunyi “jadikan aku cempaka menyiang sampai rindu menjelang”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar