http://arti.master.irhamna.googlepages.com/bintang.js' type='text/javascript' galaxy: 2012
BACA DAN TEMUKAN HAL-HAL MENARIK

Laman

SELAMAT MEMBACA DAN TEMUKAN HAL-HAL MENARIK

Jumat, 08 Juni 2012

RPP Deduktif-Induktif


                                             RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
                                                                              (RPP)


A. STANDAR KOMPETENSI
      Menulis: menggungkapkan pikiran, pendapat, dan informasi dalam penulisan karangan berpola deduktif  dan induktif.

B. KOMPETENSI DASAR
     Menulis karangan berdasarkan topik tertentu dengan pola pengembangan deduktif dan induktif

C. INDIKATOR
a. Kognitif
   a) proses
       Menemukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf
       Menemukan kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama
       Menemukan paragraf induktif dan deduktif
   b) Produk
       Menentukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf
      Menentukan kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama
      Menentukan paragraf induktif dan deduktif
 b.  Psikomotor
      Menjelaskan perbedaan paragraf deduktif dan induktif
 c.  Afektif
  •   Karakter
  •   tanggung jawab
  •  kritis
  •  disiplin
    a) Keterampilan sosial
  •  Berbahasa santun dan komunikatif
  •  Partisipasi dalam (kerja sama) kelompok
  •  Membantu teman yang mengalami kesulitan
  D. TUJUAN PEMBELAJARAN
   a.  Kognitif
    a)  Proses
         Setelah membaca dan memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca nyaring, siswa secara berkelompok diharapkan dapat
  •     Menemukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf
  •     Menemukan kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama
  •     Menemukan paragraf induktif dan deduktif
    b) Produk
         Setelah menemukan hasil pencapaian tujuan proses di atas, siswa secara berkelompok diharapkan dapat
  •     Menentukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf
  •     Menentukan kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama
  •     Menentukan paragraf induktif dan deduktif
   c)  Psikomotor
        Setelah menentukan dan memahami hasil pencapaian tujuan produk di atas, siswa secara mandiri diharapkan dapat
  •     Menjelaskan perbedaan paragraf deduktif dan induktif 
  •     Afektif
  •     Karakter
       Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan dalam berperilaku yang meliputi sikap
  •     tanggung jawab
  •     kritis
  •     disiplin
  •     Keterampilan sosial
        Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan kecakapan sosial yang meliputi
  •     Berbahasa santun dan komunikatif
  •     Partisipasi dalam (kerja sama) kelompok
  •     Membantu teman yang mengalami kesulitan

 E.  MATERI PEMBELAJARAN
  •     Paragraf yang berpola deduktif dan induktif
  •     Kalimat utama dan kalimat penjelas
  •     Perbedaan deduktif dan induktif
   F.  MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
  •     Pendekatan              : Pembelajaran Kontekstual
  •     Model Pembelajaran: Kooperatif Tipe STAD
  •     Metode                   : tanya jawab, pemodelan, penugasan, dan unjuk kerja
  G. BAHAN DAN MEDIA
  •     Wacana tulis (artikel)
  •     LKS
  •     Kertas HVS
  •     ALAT
  •     Spidol
  •     Format evaluasi
  •     Pedoman penilaian dan penskoran


    H. SKENARIO PEMBELAJARAN

No.KegiatanPenilaianPengamat



1  2  3  4
A1Kegiatan Awal      (15):                                                       Tahap 1 (5 menit): Pemancingan dengan mula-mula menanyakan kesiapan belajar siswa, lalu menanyakan pengetahuan dan pengalaman siswa tentang paragraf.
Tahap 2 (10 menit): Pengarahan dengan mula-mula bertanya jawab tentang jenis-jenis paragraf  berdasarkan letak kalimat utamanya, kemudian diakhiri dengan penegasan guru tentang tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam proses pembelajaran pada pertemuan itu.


B1Kegiatan Inti (55 menit):(55 menit): guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, kemudian memberikan pemahaman kepada siswa mengenai paragraf deduktif dan induktif, serta perbedaan antara kalimat utama dan kalimat penjelas        

C1Kegiatan Akhir (10 menit)    Siswa bersama guru merumuskan kesimpulan umum atas semua butir pembelajaran yang telah dilaksanakan;
    Siswa  diminta menyampaikan kesan dan saran (jika ada) terhadap proses pembelajaran yang baru selesai mereka ikuti;
    Guru menugaskan siswa untuk mencari artikel di media masa yang akan mereka identifikasi paragraf deduktif dan induktif  


Jumlah



          
   I.  SUMBER PEMBELAJARAN
  •     Wacana tulis
  •     Materi Essensial MGMP Sekolah
  •     Lembar Pegangan Guru
  •     LKS 1 ; LKS 2
  •     LP 1 ; LP 2
  •     Silabus

    J. EVALUASI DAN PENILAIAN
    a.  Evaluasi
  •  Evaluasi Proses: dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas peserta  (siswa) dalam menggarap tugas, diskusi, kegiatan tanya jawab, dan dialog informal.
  • Evaluasi Hasil: dilakukan berdasarkan analisis hasil pengerjaan tugas dan pengerjaan tes, dan pengamatan unjuk keterampilan (performance)

    b.  Penilaian
     a) Jenis Tagihan Penilaian: LKS 1 dan LP 1, LKS 2 dan LP 2, , LP 4, LP 5
     b) Tugas Individu: menggunakan LKS 3 ; LP
     c) Bentuk Instrumen Penilaian:
  •   Uraian bebas
  •   Jawaban singkat
  •   Pilihan ganda


Satuan Pendidikan       : SMA
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester           : XI/I
Standar Kompetensi    : Membaca
Kompetensi Dasar       : Menemukan perbedaan paragraf induktif dan deduktif melalui kegiatan membaca intensif

LEMBAR PEGANGAN GURU
 (LPG)
A. Pengertian Paragraf
          Paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, “menulis di samping” atau “tertulis di samping“) adalah Unit terkecil sebuah karangan yang terdiri dari kalimat pokok atau gagasan utama dan kalimat penjelas atau gagasan penjelas. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi.
Syarat sebuah paragraf di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni:
a. Kalimat utama
    Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.

b. Kalimat Penjelas
    Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.

B. Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama
     Letak kalimat utama juga turut menentukan jenis paragraf. Penjenisan paragraf berdasarkan letak kalimat utama ini terbagi atas 4 yakni :
a. Paragraf Deduktif
    Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus.
    Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu kalimat utama terletak di awal paragraf.

b. Paragraf Induktif
    Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum.

c. Paragraf Campuran (Deduktif-Induktif)
Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan untuk lebih mempertegas ide pokok. Jadi pada dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua.
    
d. Paragraf Tersebar
    Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama, berarti pikiran utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau deskripsi.



DAFTAR PUSTAKA
Irawan, yudi (dkk). 2007. Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Perbukuan



          
LEMBAR PENILAIAN
LP 1: KOGNITIF PROSES
Pedoman Penskoran LKS 1
No.KomponenDeskriptorSkorBobotskor x BobotCatatan
1.
Menemukankalimat utama dan kalimat penjelas dalam  parag
a.Dapat menemukan kalimat utama  dan kalimat penjelas pada semua paragraf

b.Hanya dapat menemukan kalimat utama  dan  kalimat penjelas pada beberapa  paragraf .

 
c.Tidak dapat menemukan  kalimat utama dan kalimat penjelas dalam paragraf.

2




1





0



5

2.Menemukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif      

a.Dapat menemukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif  pada semua paragraf

b.Hanya dapat menemukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif  pada beberapa  paragraf .

c.Tidak dapat menemukan  paragraf yang berpola deduktif dan induktif  pada semua paragraph
2





1





0






Jumlah






 
Jumlah              
Catatan :  0 = Sangat kurang
               1  = kurang
                2 = baik 
Cara Pemberian Nilai
Rumus :  nilai=(skor perolehan siswa)/(skor maksimum)    X 100
              

LP 3 = Psikomotor
Pedoman Penskoran LKS 3
No.KomponenDeskriptorSkorBobotSkor x BobotCatatan
1.Menjelaskan perbedaan paragraf deduktif dan induktifa.Dapat menjelaskan dengan sangat jelas dengan bahasa yang efektif dan santun.
b.Dapat menjelaskan, namun dengan terbata-bata.
c.Tidak dapat menjelaskan apa-apa.




Jumlah

Catatan :  0 = Sangat kurang
               2 = cukup baik
               3 = baik 
Cara Pemberian Nilai
Rumus:  nilai=(skor perolehan siswa)/(skor maksimum)    X 100





LP 4 = Afektif : Perilaku Berkarakter

Petunjuk :
Berikan penilaian atas setiap perilaku berkarakter siswa menggunakan skala berikut :
A = sangat baik             B = memuaskan
C = Cukup baik            D = kurang baik

Format Pengamatan Perilaku Berkarakter

No.Rincian Tugas KinerjaMemerlukan Perbaikan
(D)
Menunjukkan Kemajuan
(C)
Memuaskan
(B)
Sangat Baik
(A)
1.Tanggung Jawab



2.Kritis



3.Disiplin






                                                                                                                 Hari/Tanggal :

                                                                                                               Guru/Pengamat


                                                                                                           (…………………..)




LP 5 = Afektif : Perilaku Keterampilan Sosial

Petunjuk :
Berikan penilaian atas setiap perilaku berkarakter siswa menggunakan skala berikut :
A = sangat baik             B = memuaskan
C = Cukup baik            D = kurang baik

Format Pengamatan Keterampilan Sosial
No.Rincian Tugas KinerjaMemerlukan Perbaikan
(D)
Menunjukkan kemauan
(C)
Memuaskan
(B)
Sangat Baik
(A)
1.Berbahasa santun dan komunikatif



2.Partisipasi dalam (kerja sama) kelompok



3.Membantu Teman yang Kesulitan






                                                                                                   Hari/Tanggal :

                                                                                                 Guru/Pengamat


                                                                                             (…………………..)




MEDIA PEMBELAJARAN


Bacalah Kutipan Artikel Berikut!
Efek Rumah Kaca
      Segala sumber energi yang terdapat di bumi berasal dari matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika mengenai permukaan bumi, energi berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagi radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbondioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini.gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi. Akibatnya panas akan tersimpan di permukaan bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata  tahunan bumi terus meningkat.
     Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsenterasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya. Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala mahkluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15˚C (59˚F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33˚C (59˚F) dengan efek rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18˚C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi). Akibatnya jumlah gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya.
     Kenaikan suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan.misalnya naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan
       Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perbedaan politik dan publik di dunia mengenai tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut. Sebagian besar Negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

                                                                                                                 Kendari,  Desember 2011

Guru Pamong                                                                                             Mahasiswa KKP



                                                        
HARLINA, S.Pd                                                                                       A R I S
NIP  197605292007012012                                                                     A1D1 07 105




                                                                          Mengetahui,
                                                      Kepala SMA Kartika VII-2 Kendari



                                                               Drs. H. NP. DAHLAN

Kamis, 07 Juni 2012

BENAR-BENAR DILEMA

24 Oktober 2010

senja menjadi saksi  di antara kita
saat mataku menatapmu, sendu rasanya hati ini
maafkanlah aku yang tak menuruti keinginanmu
aku tidak dapat meninggalkannya dan tak dapat mengabaikanmu
dengan ini jiwaku benar-benar terguncang
haruskah kuterlarut  dalam kebingungan yang mendalam
ku tahu di sana kau sudah penuhi hatimu dengan cacian untukku
sebab kau telah menghiasi pikiranmu dengan berjuta pengharapan
kusadari semua salahku, tapi keberadaanku saat ini cukup membuatku dilema
dia penting bagiku dan kamupun penting bagiku
sungguh sulit berada di antara dua insan yang sangat berarti
ini juga membuatku sulit mengambil keputusan
memikirkan ini, kuharap kau tak bosan padaku
kuharap kau tak mengulurkan kembali tanganmu untuk orang yang pernah bergenggaman denganmu dulu
kuhanya ingin kau kembali meraih dan menggenggam tanganku untukmu
tapi, masihkah kau ada untukku? Semoga iya, karena ku rindu...


ITH@

TRADISI ADAT "KARIA" KHAS KALAMBE WUNA

        Tak...tak…tak...tum…tum…tum...tak…tak…tak…tum…
    Malam semakin meriah dengan tabuhan gendang dan dekorasi panggung yang bertabur manik-manik berhiaskan lilin-lilin “sultaru”. Nampak para Kalambe Wuna (gadis-gadis Muna) yang anggun dan cantik jelita. Mereka berpakaian adat Muna lengkap dengan “kabadha” (kelengkapan aksesoris di kepala), dan duduk manis di kursi yang dilapisi kain putih. Di belakang mereka berdiri ibu masing-masing dengan wajah ceria dan senyum mengembang. Hal ini menandakan bahwa ada kebanggaan tersendiri dalam diri orang tua yang telah memiliki anak gadis dan anak gadisnya tersebut telah beranjak dewasa.
     “Karia” memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Muna. Betapa tidak?  Tradisi adat “karia” merupakan sebuah pintu gerbang menuju kedewasaan bagi kalambe-kalambe Muna, sehingga makna yang melekat pada tradisi ini harus diletakkan sebagai sebuah filterisasi bagi kalambe Muna dalam memaknai gesekan prilaku yang berkembang akibat modernisasi. Artinya, makna “karia”, dijadikan sebagai pensucian dan kesiapan menuju kedewasaan, dan harus siap untuk bersikap dalam melihat realitas hidup yang semakin keras. Adat “karia“ juga merupakan suatu prosesi yang wajib dijalani oleh seorang gadis sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Sehhingga orang tua merasa bertanggung jawab jika anak gadisnya sudah beranjak dewasa.
      Sungguh menyenangkan bagi seorang kalambe Muna yang sedang menjalani tradisi ini. Mengapa? Jika kita ikuti,  tradisi adat ”karia” berlangsung selama 4 hari 4 malam. Malam pertama, disebut malam  “kafoluku” (masuknya para gadis dalam kamar pingitan).  Sebelum masuk dalam “kaghombo” (kamar pingitan) ada ritual-ritual yang harus dijalani para gadis. Diawali dengan dimandiakannya para gadis oleh orang tua yang dipercaya (modhi) yang disebut ritual “kakadiu”. Setelah itu, para gadis dipersilahkan duduk ditikar dari daun kelapa hijau (ponda) dengan hanya mengenakan sarung. Kemudian, disuruh mengambil ketupat yang disediakan di talang besar dengan cara membelakang dan menggunakan tangan kanan. Ritual ambil ketupat ini menunjukkan ramalan nasib sang gadis masa depan. Selanjutnya, para gadis masuk satu persatu ke dalam “kaghombo” dengan berjalan jongkok. Di dalam “kaghombo” (kamar pingitan) ada aturan-aturan yang harus ditaati oleh para gadis, yaitu tidak boleh berdiri, tidak boleh buang air besar, tidak boleh menggaruk pakai tangan kecuali pakai sisir.
       Malam kedua pingitan disebut malam “kaghombono patirangga”. Pada malam kedua ini ada dua pasang remaja yang dipercayakan untuk mengambil air, lalu disimpan (doghomboe) . Malam ketiga disebut malam “kaalanao patirangga”. Pada malam “kaalano patirangga” (mengambil bunga paci), dua pasang remaja mengambil bunga paci untuk dipakai oleh para gadis yang dipingit. Pada hari ke-4, ada tradisi  “kabahalengka” yaitu kamar pingitan dibuka. Dilanjutkan dengan acara merias yang dinamakan “kabhindu”. Dalam acara ini diiringi dengan pukulan gong dan tabuhan gendang yang menambah semarak acara “kabhindu” tersebut.
      Setelah malam hari tiba, di sinilah dinamakan malam “kafosampu” yaitu para gadis yag telah dirias digendong sampai di atas panggung. Setelah para gadis duduk dan lilin-lilin “sultaru” menyala, muncul ritual “kafotanda”. Ritual ini dilakukan oleh orang tua (modhi) yang disebut “fokantandano”, sebagai tanda selamat telah selesai atau melewati acara pingitan kepada para gadis yang dipingit.
Acara puncak pada malam “kafosampu” adalah para gadis yang dipingit menari di atas panggung. Tarian ini didahului dengan menarinya “sumareno” (yang membuka acara tari). Diiring dengan tabuahan gendang oleh “karia kogandano”. Para gadis menari dengan “osamba” (selendang putih). Selanjutnya pada saat menari, para gadis mendapatkan hadiah dari para pengunjung atau para penonton, baik keluarga, teman,atau kerabat dekat. Proses pemberian hadiah adalah dengan melemparkan hadiah yang akan diberikan kepada gadis yang dipingit tepat saat ia menari. Seperti itulah, para gadis menari satu persatu dari “matansala” (pimpinan)  sampai selesai.

TARI SARE (KHAS MUNA)


Sare berasal dari kata sariat atau sara yang berarti perubahan keagamaan. Tapi sare dikenal di Muna sejak awal abad ke-16 mulainya agama Islam masuk ke daerah Muna. Tarian ini bermotifkan didikan keagamaan bagi puteri-puteri yang dipingit selama berada dalam ruangan tertentu yang berlangsung selama empat hari empat malam. Tarian ini pada mulanya hanya dimainkan oleh seorang perempuan yang merupakan pembimbing puteri-puteri yang dipingit yang disebut pomantoto yang dimainkan pada setiap malamnya selama pingitan berlangsung dan menyanyikan lagu sare. Setelah menjalani peningkatan mutu dan penampilan makna tarian berkembang dengan pemain lebih dari satu, 6-8 orang, sesuai yang kita berikan sebentar nanti.


Pencipta/Penata Tari : Amir Syam.

TULA-TULANO SANGIA WARUMBEI

     Dhamani waono naandoomo nikonando Wa Rumbei. Warumbei nagha neano mie robhine, nifahamughoondo awando wale-ale. Kontu anagha lateno te wunta-wunta, norme pedamo seghonu medha notukoe fato poi kontu morubuno. Ne wuntano naando o loso, ikonando losono radhaki.
Losono radhaki anagha nembali katantuano radhakino liwu setaghu folu. Norato kaawu maanano bongkano taghu, nikonando Fonisihano Turunano sangia. Nolapasi kaawu dalangino tutura, nofolukumo limano mampeda nelosono kontu sangia otawa losono radhaki. Barangka nofoluku limano mampeda inia, nondalo maka noratoe dasarano, maananoa nondalo dua radhakiino liwu setaghu folu. Pedamo dua nampu nofoluku limano Mampeda miina naendalo losono, sanorowi noratoemo, maananoa nomaho dua radhaki otawa dowisw-wise radhakiino liwu.
     Nandomo seghonu kadhadhia welo liwu. Doratomo tantara katuduno Ternate nikonando kapuburusino tobelo, damohansuru liwuno wale-ale. Damohansurumo kaawu liwuno wale0ale ini, dofetingkemo bisara, lenteno maighoo te wawo gunu Warumbei ini.
“lahae bhaara itu  somohansuruno Wale-ale?”
      Dofetingke kaawu bisara anagha tantara Topbelo kansuru dofoni tewawono gunu Warumbei ini, dokapihi totono kamaighoohano bisara maitu. Gaar bisara nefetingkendo maitu nobhete maighoo welo sepoi kontu bhalano (kontu sangia). Pasino anagha tifetingkeno tora suara: “Koe omehanda-handaamua ne Wale-ale ini. Liwu aini liwu molala. Kadekiho ewangiomu mieno, karukuno kaawu paemo otumaloeomu. Natumalomo karukuno, potumaloomu kontuno. Natumalomo kontuno, potumaloemu oeno. Natumalomo oeno, potumaloemu wutoku.”
      Tantara Tobelo dofetingka bisara anagha nohende amarando. Dopamurumo tantara Tobelo ini damohansuru kontu bisarano nagha. (dadihanomo kontu sangia warumbei mina naengkonu peda sawawono, rampano doturakie tantara Tobelo). Tudu pogau, sesehae doratodamo kawule tantara Tobelo ini bhe noratoda kampau. Dealamo roono sau maanano sokaempesindo daolodo welo kawule bhe kampaundo maitu. Pasino kaawu, noratodamo kamoito molala koseghuluhando. Kulindo norara pasae nekantibhano rendeno ifi. Kansuru dokofile-filei tantara Tobhelo ini.
     Bhalipogau, naandomo dua mie welo liwu kakalabhia otawa o wali-wali, neano Wa Rumbei. Wa Rumbei nagha nefahamughoondo liwu awanomo Wale-ale, rampano anoa nagha bhaa-bhaano tumarimano kitabhu maighoo ne Saidhi Rabba o Quraani.
      Nandomo kaawu kadhadhiano tantara Tobelo ini, dosangiaemo mieno liwu kontu bisarano nagha. Nefoghonumo mieno liwu Wa Rumbei ini damufakaghoo so Tuturano Kontu Sangia. Dopokakapoi mieno liwu maanano, dorame-rame bhe domangarohiane maitu mbali tumpuno lalondo maananoa, sawali dhaano kontu sangia notalo tantarano Tobelo.
    Welo tuturano sangia doniati maananoa mbali kasalamabhari-bhari bhe kasalamano liwu, nobhatatamo Wa Rumbei ini welo tuturano maitu: “laha-lahae pata marasaeano fonisihano tuturano sangia, namintarae sangiano wite. Nakumala welo karuku natu maburie kampulaho, tawa nakumala we tehi natumoloe buea, natibuna wurino, naeghefi-ghefi, naeghabu-ghabu we wite morani”. Kansuru noila wa Rumbei maitu.
     Dadihanomo kontu sangia dokonae sangia Wa Rumbei rampahano dofahamuane mieno liwu, wa rumbei ini posarangkano welo kontu tumalonomu kampuburusi otawa tantara Tobelo ini. Sesetaghu namesua wulano poasaha, sangia warumbei sadhi dotuturae nikonandomo tuturano sangia warumbei.

TULA-TULANO SAIDHI RABBA


   Dhamani wawono naandomo katudu maighoo we witeno Arabu dorudua Sye’ mbali fofogurughoono dhalamino kaislamu maanano ne witeno Wuna ini. Nendo Sye’ nagha, semie neanoa Saidhi Rabba, semie neano ne Wolio inia dokonae Bhatua Poaro. Kandiho dokonae Bhatuo Poaro rampahano noere maitua noangka bhatini. Dadi neano sakotughuhano we witwno Arabu dokonae abudhu Wahidi.
      Dameremo kaawu Sye’ maitu dopobhotumo deki. Aitu welo kabhotundo maitu konae tana siua wula siua gholeo dapoghawamo we witeno Wolio. Dadi nofeenamo Saidhi Rabba ini, bhahi daahae sodapointagighoo madakaawu. ‘Aitu sadapoghawa kaawu, aekabusaki hulamu, so omeena kanau ; hintumo itu sabhangka? Amohundaangko kireku, maananoa inodimo itu.”
Pada kaawu dopobhotu nagha doeremo. Saidhi Rabba noere nosawi ne kapusuli, rato Abdhu Wahidhi nomate.
      Dadi welo kaereno nagha Saidhi Rabba inia nopee we napano Walengkabola., we napano Laghontoghe, welo kamotugha we liwu ngkodau. Nenaghamo bhaa-bhaano dhalano kaislamu ne wuna ini. Nofoguruandamo kaislamu miehino Laghontoghe ini, nofoguruanda alahano oendo bhe alano wakutu. Dopokapo-kapoimu dua maanano mie ne liwu mbali defoere maasigi so kasambahaeaha liu.
      Dadhi wakutuu anagha te Wuna noparintae nekonando Sangia Latugho, Omputo Sangia Latugho. Sewakutuu Sangi Latugho ini nopakatu kaowilino nemie popaano kaparasaeano dakumala we Laghontoghe so dabhasi Saidhi Rabba nammai te Kamali. Wakutuu amaitu, Saidhi Rabba mina namai rampano nofekiria sangia latughoo nepiara wewi.
      Nobisaramo saidhi Rabba nemie kaparasaeano sangia latugho maitu,” nembali amai te kamali, wewi kapiarano sangia latugho damogampiemo”. Dosulimo mie poaano maitu damoratoghoo pogauno Saidhi Rabba ne sangia lataugho. Nofetingke anagha, sangia latugho kansuru nofokala wewino, tanerunsa kaawu fatao ghulu. Raaghulu wewi moghane dokonae apogelo bhe apulangkati, ane wewi robhine dofokoneaane wa kambadidi bhe wa kamba wite. Nenomo kadadi aini nembali bhatata welo kaago-ago te Wuna.
Pada kaawu nofokala kadadi nepiarano maitu, sangia latugho notudumo tora mie neparasaeahino damorato saidhi Rabba,”ane namenakoomu Saidhi Rabba, bisaramo padamo afofuleie kadadi nepiarakua”. Mahingga pedamaitu, saidhi rabba mina tanakumalamo du ate Kamali, maka tanowaagho kadeki wite ne sangia latugho sonamekangkiloghoo Kamali.
Pada kaawu dofekangkilo Kamali, doratomo tora dakumaapi Saidhi Rabba, aitu Saidhi Rabba nohundamo. Norato te Kamali, Saidhi Rabba nowuramo mieno lambu sangia latugho nokamokulamo bhe nokoghua-ghua, tamaka mina dakoanaa. Kabaruno sangia latugho ampa paratoha saidhi Rabba maitu. Nefebasaghoomu dhoa deghawagho anahi peda dua bhaindo.
Nowura mieno lambu sangia latugho maitu, saidhi rabba tanokamboi. Nowura kadhadhia amaitu sangia latugho nofenembuso bhe nopogau,”sooku mina bhe kakaeno Saidhi Rabba ini, gaara naando dua kakaeno”.
      Dadi noambanoanemo dua pogauno sangia latugho ini saidhi rabba. “Ane pedaanagha sangia meala oe akumadiughoo mieno lambuno sangia ini. Pada kaawu nokadiu mieno lambuno sangia ini, kansuru notibhali pasaeno kalambe kabua-bua.
Pada anagha nebasaandamo dhoa. “Aitughoghondo kanau sangia, pontokanau bahahi nehamai noturu luuku. Barangka natumuru ne soanaku naseturu, maananoa somobghane anamu. Barangka natumuru ne kemaku naseturu, maananoa okoanaghoo robhine. Barangka natumuru koraawetahae, maananoa okoanaghoo kalopo, moghane bhe robhine”.dhadi wakutuu notafakuru nebasa dhoa nagha saidhi rabba inia notontoe sangia latugho ini nopoangka noturu luuno matano Saidhi Rabba ini, nesuanano.       
      Pada kaawu nebasa dhoa nofeenamo saidhi rabba bhahi daahae newurano sangia latugho inia. Nopogaumo sangia latugho ini, konae nesuana tumuruno raaturu nopoangka.
Nopogauo saidhi rabba ini: “Aitu pedamo nepogaughooku aniini, dadi mada kaau anoamu omoghane darusua. Aitu akumonaandamo idi neandoa. Dadi o isa amokoneae Hasani, rato oai amokonae Husaini.
     Nofoguruandamo dua kaislamu Saidhi Rabba ini tae wuna nofoguruandamo ngadhi maanano sambahea, bhari-bharie dhalangino kaislamu nofoguruanda. Dofoeremo dua maasigi te wuna maitu. Norato kaawu tantuno wakutuuno. Maanano kapodhandihano bhe Abudhu Wahidhi inia, tanaseghole Saidhi Rabba inia noeremo te Wolio so napoghawaghoo abudhu Wahidhi ini.
Maemo dua anagha nerunsa pogau Saidhi Rabba inia, konae nefogurughoono ini maanano kulino kaawu kaislamu, mada kaawu naando semie Sye’ tora sorumatono we Wuan ini somoguruanda ihino kaislamu. Nepatudhughoonomu Abudhu Wahidhi.

PANTUN BAHASA MUNA

 OLEH
ITAMEIARNI                                                                                                                                                                   Pantun Orang Tua
Aeindamo nganii-nii
Turu folono domateane
Ane dapototoi bhela ngkaninni
Daposuru sampe mate

Waesembali sangia
Namora tundano lalo
Sumintano we tolombata
Ambahi lahae panaomangka lalo


Pantun Remaja
Mbose itu mpiki suli
Dhehaeno mbia-bhia
Idi itu mpaisehi
Kmomeri ngkanaua

Nobhie dua ghuse indewi
Nobhie tora alo aini
Noafa nowulagho mataku ini
Gara kamboi La Dua kiri

Pantun Nasihat
Manu ngkariri ngkaesetie
Nohoro bhenengkasese
Dosimbasi-mbasitie wamba sumempa koise

Aembulumo roo gholo
Aangka dua aeota roie
Fekapande-pande lalo
Nobharighoo mbasitie

Pantun Jenaka
Aerakomo oghule lolu
Atrie welo sere
Ghondo-ghondoe ngkalolu-lolu
Garaho itu pande posere

Akalamo te watopute
Aangka dua aegholi pae
Awura wangkuni nomarampute
Gaara kaasi nebura pae


Pantun Anak-Anak
Akalamo welo karuku
Awura mie netando patu
La Ane watu sakaba-kabaru
Gara rampano nebhadhu bughou

Akalamo we sidodadi
Aepake sandali wungo
Maio dapointa-intagi
Daeota kalembungo


      

WAJAH BURUK DUNIA PENDIDIKAN

      Pernahkah kita mengalami kekejaman? Sebagian orang akan mengiyakan dan mengatakan pernah atau bahkan menjadi pemeran. Lalu yang lain akan bingung dengan dirinya sendiri. Ya, tidak dapat dipastikan dan tidak dapat pula dikalkulasi. Namun, semua itu dapat dilihat dan diamati dengan jelas melalui dua bola mata yang masih peka dengan keadaan. Dan tentunya kita dapat merasakan, kekejaman yang terjadi seolah tak menyisakan sedikitpun ruang kenyamanan bagi kita sehingga kita menjadi korban yang tak diberi perhatian apa-apa. Seperti itulah wajah buruk yang menjadi cermin pendidikan saat ini. Kita seolah terkurung dan menjadi korban dari kekejaman rumah sendiri.
      Lihatlah pada naungan kita berada. Naungan pendidikan yang menjadi rumah tempat kita bereksperimen, tempat beraksi, tempat pengembangan pemikiran, katanya. Tempat meraut, merangkai dan manguraikan segala imajinasi dan pengetahuan. Sungguh kadang tak membuat kita senang bila terlalu larut di dalamnya. Betapa tidak? Rumah yang seharusnya nyaman untuk kita berlindung, seolah tak dapat mmberikan apa-apa pada penghuninya. Di dalam, sesak dengan kondisi yang memprihatinkan oleh sarana sehingga ketidaktercapaian tujuan yang ingin dicapai pun terjadi.
Mari tengok ruangan kuliah yang selalu digunakan oleh mahasiswa untuk menemukan dan mendapatkan secercah ilmu pengetahuan. Prihatin! Tak terelakkan jika kata itu yang spontan keluar.      
      Tak dapat disalahkan pula sebab itu mewakili perasaan yang tak dapat terbendung untuk mengungkapkan atau bahkan mengeluarkan kegundahan hati bagi siapa saja yang melihatnya.  Masuk dan perhatikan papan tulis yang rutin digunakan setiap hari. Sekilas mahasiswa sudah terbiasa dengan keadaan benda ini. Tetapi, ada suatu rasa tersendiri yang  menyentuh sanubari kita. Akan menjadi bahan tertawaan ketika dosen menuliskan materi kuliah di papan tulis, lantas di tengah-tengah papan tulis terlihat tembok dan tanpa disadari di tempat itu pun dituliskan, dan ternyata papan tulis itu bolong.
      Memang lucu. Tetapi, sesungguhnya dalam hati kita akan timbul pemikiran yang bisa saja memicu adrenalin kita tentang gambaran pendidikan Indonesia. Pendidikan yang katanya diutamakan. Namun, tergambar jelas dari hal kecil seperti ini, papan yang mungkin dianggap hal sepele telah memperlihatkan gambaran kepedulian terhadap pendidikan. Mungkinkah juga tak disadari jika sarana dan prasarana dapat mendukung tercapainya suatu mutu pendidikan yang baik.
Sebagian orang akan berpikir bahwa hal semacam ini adalah hanya hal kecil. Tetapi tunggu dulu.      
      Mari kita perhatikan proses keberhasilan pendidikan itu sendiri. Hal kecil akan menjadi luar biasa jika kita dapat mengendalikan dan dapat memberikan respon yang baik. Peningkatan mutu pendidikan tak akan dapat terealisasi hanya dengan impian dan kata-kata belaka. Tindakan dan perilaku yang berawal dari hal kecil sangat menentukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Teruatama dalam mencapai mutu pendidikan yang baik.
      Adakah sisi lain yang masih mengkhawatirkan? Ya. Tentu masih banyak lagi. Ketika sedang gencar-gencarnya beredar isu beasiswa. Mahasiswa berbondong-bondong untuk memasukkan berkas dalam  kepengurusan tersebut. Terutama bagi mahasiswa yang berprestasi dan dianggap tidak mampu.  Pemerintah telah memberikan apresiasi terhadap mereka yang memenuhi syarat untuk mendapatkannya. Lalu sudahkah terealisasi dengan baik? Jelaslah orang yang sudah pernah merasakannya akan mengatakan ya. Sudah terelalisasi dengan baik atau bahkan akan mengatakan sangat baik. Tetapi tak sedikit orang yang berteriak dalam hati sampai memicu adrenalin mereka untuk meneriakkan ini tidak adil. Ini belum terealisasi dengan baik. Mengapa? Tak jarang orang yang telah memenuhi syarat dan layak untuk mendapatkannya justru tak mendapatkan perhatian apa-apa. Yang terjadi malah sebaiknya. Ini adalah korban kekerasan rumah sendiri. Ada apakah di balik semua ini? Masihkah ada yang mau peduli?
      Untuk mencapai mutu pendidikan yang diharapkan, seharusnya berjalan sebagaimana prosedur yang semestinya. Tak perlu membuat diskriminatif tertentu  untuk menjalankan semuanya. Bukan hanya itu. Mulai memperhatikan hal-hal kecil saja terutama dalam dunia pendidikan adalah langkah awal yang baik untuk mewujudkan mutu pendidikan yang baik dan bermoral. Di satu sisi, mungkin kita harus langsung turun tangan untuk mengantisipasi keadaan pendidikan saat ini . Tapi, di sisi lain kita membutuhkan pendukung untuk menyukseskan apa yang akan kita lakukan.  Lalu, siapa yang harus memulainya?

RONA WAJAH DI LEMBAH MALAM


Aku rindu….
ketika matamu mulai terpejam di ujung siang
Saat itupun mendung kembali menghias langit
di kala mentari sedang merekah

Ingin kujelmakan nafas jadi saksi kerinduanku,
di saat rona wajah dalam rindu tak kunjung tersimpul
sampai senja mengakhiri siang
menuju tepi malam

Angin membawaku pada bayangan rona wajah yang kurindu
Dan bertanya….
Akankah  kau terlelap dalam buaian angin
Ataukah kau `kan berdendang menyambut malam bersama kerinduanku
Hingga kau sembunyikan rona wajahmu di lembah malam

LIRIK NOVEMBER

Puisi yang berjudul “Lirik November” karya Bode Riswandi terdiri dari 8 stanza, 29 larik, yang masing-masing stanza terdiri dari 3, 4 dan 6 larik. Dari judul puisi ini yang berjudul “Lirik November” menyatakan suatu kejadian yang terjadi pada bulan November.

Stanza pertama :
“melayari November yang subuh di mata ini
mengenali batin yang menyauh di dalam diri
yang rapuh.”

Pada stanza di atas , larik pertama “ Melayari November yuang subuh” November menggambarkan bahwa pada bulan itu atau pada bulan November merupakan bulan di mana Bode Riswandi dilahirkan. Jadi mungkin melayari November yang subuh  berarti pada saat ulang tahunnya di bulan November, atau mungkin dia terbangun saat subuh dan ketika dia terbangun dan teringat bahwa pada hari itu tepatnya  bulan November adalah hari ulang tahunnya. Nah mungkin pada saat itu, ketika selesai shalat subuh dan sinar matahari pagi sudah mulai menyinari bumi maka dia mengatakan  melayari November berarti pada saat memasuki bulan November itu dan ternyata bulan itu bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Pada lirik selanjutnya “di mata ini mengenali batin yang menyauh di dalam diri yang rapuh” mungkin pada saat  hari ulang tahunnya itu dia teringat dan merenungi dirinya bahwa ternyata dengan usianya yang semakin berkurang, dirinya masih tetap berada pada keadaan yang rapuh, atau mungkin seolah-olah tak berguna atau belum banyak bermanfaat dalam hidupnya.

Stanza II
Angin menjelang dalam bentuk seribu tembang
Usiaku ngambang dalam langkah-langkah telanjang`
Mencari rindu tak berpintu seperti aku mencintaimu.

Pada Stanza ini irama yang diciptakan sangat indah sekali. Seperti penggunaan kata “menjelang, terbang, ngambang, dan telanjang”. Penggunaan kata-kata itu membentuk rima yang sangat indah. Pada larik pertama “ Angin menjelang dalam bentuk seribu tembang”, Angin di sini adalah suatu zat yang tidak dapat dilihat namun kedatangannya atau hembusannya dapat dirasakan. Kemudian seribu tembang mungkin maknanya i sini adalah begitu  banyak tembang yang terdengar saat subuh itu atau mungkin ada siulan burung dan gema  lantunan ayat-ayat suci maupun alunan musik rohani penyejuk jiwa. Jadi kalimat ini menggambarkan suatu peristiwa yang mungkin ketika merenung di saat subuh, di mana sang fajar  berancang-ancang untuk keluar dari tempat persembunyiannya, di saat itu pula semilir angin sepoi-sepoi berhembus seiring dengan  lantunan tembang pada saat itu , mungkin tembang yang dimaksud di sini adalah lantunan  ayat-ayat suci atau alunan musik rohani yang terdengar sayup-sayup sehingga membawa suasana perasaan penyair untuk merenungi diri bertepatan dengan bulan kelahirannya.  Nah pada larik selanjutnya “Usiaku ngambang dalam langkah-langkah telanjang”. Usiaku, ku di sini adalah seorang diri Bode kemudian usiaku berarti menyatakan usia Bode, selanjutnya ngambang dalam langkah-langkah telanjang, ngambang berarti tidak jelas artinya ke mana dan cara atau proses yang dijalani terlalu meluas sehingga sulit  atau bahkan belum menemukan titik temu yang sebenarnya. Langkah-langkah telanjang berarti dia melangkah atau mengarungi kehidupannya selama ini, hanya melangkah-melangkah saja, tanpa ada suatu pandangan atau tujuan dalam melangkah. Jadi mungkin dalam usianya yang sudah sekian, Bode merasa arah atau kehidupannya itu masih belum menemukan titik terang sehingga dalam melaluinya masih terombang-ambing oleh arah yang tak menentu. “Mencari rindu tak berpintu. Rindu berarti keinginan atau hasrat  ingin bertemu dengan seseorane yang disebabkan karena telah lama berpisah. Tapi di sini dia mengatakan bahwa mencari rindu tak berpintu. Mungkin dalam perenungannya  bahwa usaha untuk menemukan sesuatu yang belum dia  temukan dalam dirinya dan mungkin sesuatu itu adalah potensi yang belum digali dalam dirinya atau mungkin ada sesuatu yang belum dia ketahui dalam hidupnya sehingga dia mencarinya agar sesuatu itu bias dating atau tumbuh dalam  dirinya tanpa harus ada pintu artinya tanpa harus ada proses yang bersumber dari hal atau orang lain, kemudian pencariannya itu dia andaikan “seperti aku mencintai-Mu”, aku di sini adalah diri  Bode sedangkan Mu di sini adalah Tuhan . Nah menurut penafsiran saya, pengandaian ini  bermakna bahwa kalau kita mencintai Tuhan  berarti tidak ada unsur-unsur paksaan dari pihak lain, kecuali kita mennyadarinya sendiri atas keberadaann-Nya dan kita akan mencintai-Nya, maka dalam  stanza ini seorang Bode  mungkin ingin menemukan sesuatu yang dicarinya itu dapat lahir akibat dari kesadarannya sendiri.

Stanza III
Mengenang ulang tahun adalah kutukan kabut
Maka ciderailah aku dengan pisau kematian yang manis
Sepanjang rinduku menggerimis.

Pada Stanza ini  larik pertama “ mengenang ulang tahun adalah kutukan kabut, mengenang berarti mengingat-ingat, sedangkan kutukan kabut, kabut itu berarti suatu suasana yang sangat buram, ketika ada kabut maka kita sulit menebak ada apa di tempat itu. Nah kutukan kabut di sini menurut penafsiran saya adalah walaupun di bulan November itu hari ulang tahunnya dan berarti angka usuanya bertambah tapi sesungguhnya angka usia bertambah dan semakin mengurangi usia kehidupan kita dan tidak ditahu kapan datangnya kematian. “ Maka ciderailah aku dengan pisau kematian yang manis”, aku di sini adalah seorang diri penyair yaitu Bode Riswandi, kemudian ciderailah berarti seolah perintah untuk menciderainya atau melukainya. Dengan pisau kematian yang manis, pisau kematian di sini berarti ajal atau maut yang ditakdirkan dan dikehendaki oleh Tuhan. Jadi Pernyataan Bode “Maka ciderailah aku dengan pisau kematian yang manis. Kembali lagi ke pemaknaan awal, Pisau kematian  berarti ajal kematian. Pisau berarti suatu benda yang membuat orang terluka sedangkan kematian berarti suatu keadaan di mana orang sudah tidak bernyawa lagi. Nah pisau kematian menggambarkan suatu keadaan yang membuat seseorang tak bernyawa lagi dalam artian datangnya ajal kematian. Kemudian kata “Manis” tentu bertolak belakang dengan kata “kematian” yamg biasanya kematian itu diimajikan dengan pahit, di mana manis itu bias menggambarkan suatu ketenangan, kebahagiaan ataupun ketentraman, sedangkan kematian menggambarkan suatu keadaan yang di dalamnya sudah tidak ada kehiodupan. Namun antara dua kata yang bertolak belakang dari segi makna bias terangkai dalam satu larik puisi yaitu “pisau kematian yang manis”, mungkin seorang Bode ingin mati atau dia mohon kepada Tuhan agar dia mati dengan membawa ketenangan atau dia ingin ketika ajal menjemputnya, maka dia dalam keadaan yang tenang dan bahagia, jadi dia ingin mati dengan suasana yang damai dan tenang.

“Sepanjang rinduku menggerimis”

Larik ini memiliki keterkaitan dengan larik sebelumnya. “Maka ciderailah aku dengan pisau kematian yang manis sepanjang rinduku menggerimis”,nah di sini seorammmmg Bode ingin mati dalam keadaan tenang dan bahagia, dia memohon untuk menemui ajalnya dengan keadaan seperti itu. “Sepanjang rinduku menggerimis”, rinduku, ku di sini adalah seorang Bode yang ingin mati menggerimis yang menggambarkan suatu keadaan di mana munculnya tetesan-tetesan air hujan yang begitu halus. Tapi tetesan-tetesan itu turun terus-menerus. Jadi imaji menggerimis di sini menggambarkan semangat atau keinginan yang sangat diharapkan oleh seorang Bode sehingga “sepanjang rinduku menggerimis” dapat diimajikan bahwa seorang Bode ingin mati atau ingin menemui ajalnya, dalam keadaan tenang dan bahagia selama keinginan itu masih tertanam dalam dirinya.
Stanza IV
Menelaah wajahku detik luruh di sungai keruh
Reriak kelahiran netes dari daun rahim ke akar diri
Serupa pucuk matahari ia mengaji terik
Menggambartekukur terbang ke ambang kubur

Pada larik pertama dalam stanza ini “menelaah wajahku detik luruh di sungai keruh”. Menelaah berarti mengkaji,mencari atau menafsirkan sesuatu sehingga kita dapat menemukan makna sesungguhnya yang tersembunyi. Wajahku, ku di sini berarti seorang Bode, wajah berarti paras, muka yang tampak atau yang dapat dilihat. Nah jadi menelaah wajahku mungkin dia lebih mencari sesuatu, menafsirkan atau bahkan mengenali karakter dirinya yang diimajikan dengan wajah. Kemudian detik luruh di sungai keruh, Luruh berarti jatuh atau gugur karena sudah waktunya, seperti halnya buah atau daun. Imaji detik luruh di sini berarti menggambarkan suatu perjalanan kehidupan yang waktunya begitu singkat sepertihalnya selang antara detik per detik yang terbuang  begitu saja ketika sampai waktunya untuk hilang. Selanjutnya “sungai keruh”, imaji sungai berarti aliran air dan keruh berarti tidak jernih atau kotor, sehingga imaji “sungai keruh” menggambarkan perputaran kehidupan yang tidak menentu atau bahkan kehidupan tersebut sudah ternodai atau tercemar oleh lingkungan hidup sendiri. Jadi pada lirik ini mungkin menggambarkan suatu penelitian atau pengkajian untuk proses pengenalan diri seorang Bode di mana semakin hari semakin banyak waktu yang terbuang bahkan tak dapat dimanfaatkan dengan baik hingga sampai waktunya untuk hilang telah di depan mata, dan masih belum menemukan kehidupan yang sesungguhnya bahkan mungkin kesempatan dan manfaat itu justru mengarah ke arah yang telah ternodai sepertihalnya diimajikan dengan “sungai yang keruh”.
“Reriak kelahiran netes dari daun rahim ke akar diri” berarti gerakan mengombak di permukaan air, atau gerakan air yang merupakan lingkaran.
Akar berarti bagian tumbuh-tumbuhan yang masuk ke dalam tanah sebagai alat pengikat dan pengisap air dan zat makanan atau unsur yang menjadi dasar pembentukan kata. Jadi larik ini mungkin menggambarkan  perjalanan hidup kita sejak berada di alam kandungan atau rahim kemudian kita lahir di dunia sampai kita dewasa dan bisa berdiri sendiri.

Stanza V
Waktu memetir di langit ranum
Dan di senja karakas November melayang
Dikapaskan cinta menyeka awang-awang
Kemudian kandas.
Dalam stanza ini menggambarkan dalam perenungannya bahwa waktu berjalan dengan begitu cepat sampai pada waktunya,hingga bulan November lagi akan lepas dan pergi untuk memunculkanlembar kehidupan yang baru atau membuka ruang baru untuk menggapai impian atau cita-cita namun akhirnya akan berakhir juga.

Stanza VI
Mengenang ulang tahun kerongkongan mengapur
Anjing manikan loncat dari balik dada
Menyalak kapak menggantang impian-impian lajang

Pada stanza ini pertama menggambarkan bahwa ketika saat ulang tahun di bulan November tersebut maka usia kehidupannya secara terus menerus akan berkurang yang diimajikan dengan kerongkongan mengapur. Kemudian anjing manikin loncat dari balik dada, ini menggambarkan bahwa timbul dorongan atau semangat dari dalam diri. Selanjutnya Menyalak kapak menggantang impian-impian lajang. Pada larik ini bahwa semangat itu dapat dipicu bagaikan kapak,artinya imaji kapak menggambarkan bahwa ketika  kapak dipicu untuk memotong sesuatu seperti kayu,maka kayu itu akan terpotong,mungkin seperti halnya pada larik ini menggambarkan bahwa adanya dorongan atau semangat dalam diri dan bagaimana memicu semangat itu sehingga dapat menggatang berarti ada takaran tertentu terhadap impian-impian lajang di sini telah diketahui seorang Bode Riswandi masih lajang. Maka dapat di gambarkan bahwa impian-impian Bode semasa lajang.

Stanza VII
Aku ingin jadi mawar dalam pelepah rembulan
yang mekar direbah batu dan menyungai
setiap setiap kali disemai.

Dalam stanza ini larik pertama:”aku ingin jadi mawar dari pelepah rembulan”. Aku di sini adalah seorang Bode,mawar itu bunga yang sangat indah berarti rembulan itu adalah sinar bulan yang indah pula yang dapatmenambah keindahan alam di malam hari. Sepertinya kalau bunga mawar yang jika ada sinar rembulan,maka akan bertambahlah nilai keindahan mawar itu. Jadi seorang Bode  ingin menjadi mawar dari pelepah rrembulan,mungkkin dia ingin menjadi seorang pribadi yang baik yang dapat bermanfaat dalam kehidupan atau mungkin dia ingin menjadi sosok manusia yang gagah dan berguna bagi orang lain atau mungkin dia ingin jadi sosok yang disenangi oleh orang lain karena  keindahan atau kebaikan yang dia miliki.
Yang mekar di rebah batu, di rebah batu berate tidak ada kehidupan atau kering dan di sini ada kata mekar yang seolah-olah tumbuh subur, sehingga mungkin Bode ingin hidup dan tetap berkembang walau[un berada pada pada keadaan yang kering akan kehidupan artinya walaupun lingkungan tidak mendukung maka dia ingin jadi yang terbaik dan yang terindah. Kemudian “Menyungai setiap kali disemai” ini mungkin menggambarkan bahwa dia ingin hidup sepertihalnya sungai yang mengalir dan setiap kali dia menggantung cita-citanya, dia ingin dalam proses pencapainnya itu seperti halnya air yang mengalir di sungai artinya tetap tenang dan tidak ada hambatan dalam mengalir.

Stanza VIII
Wahai impian-impian lajang
Yang mendaki kening tropika
Yang berdiam di sungai suaka
Yang khusuk menabuh genta
Jadikan aku cempaka
Menyiang sampai rindu menjelang

Pada stanza ini tentang impian-impian atau cita-cita yang ynag tinggi yang ingin dicapai oleh seorang Bode dan dalam pencapaiannya mungkin dia ingin berjalan lancar dan tenang yang ingin dilindungi seperti halnya sungai suaka , di sini beraebagai pelindurti sungai yang dilindungi dan berusaha dengan sungguh-sungguh atau fokus pada satu titik seperti halnya menabuh genta artunya agra bias didengar oleh semua orang jadi dia ingin bermanfaat bagi semua orang. Selanjutnya jadikan aku cempaka. Cempaka biasanya dijadikan sebagai pelindung di pemakaman.Jadi mungkin dia ingin dilindungi oleh Tuhan sepanjang dia menginginkan kematian itu, seperti dikemukakan dalam larik yang berbunyi “jadikan aku cempaka menyiang sampai rindu menjelang”.

JURNAL

ANALISIS KESALAHAN EYD PADA KORAN KENDARI POS EDISI JUMAT, 14 OKTOBER 2011, HALAMAN 1-5
OLEH
ITAMEIARNI


A.    PENDAHULUAN
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam setiap penulisan. Khususnya penulisan dalam ruang lingkup akademik atau ilmiah. Dalam bahasa jurnalistik pun penggunaan EYD harus diperhatikan dengan baik. Seorang penulis atau jurnalis tidak boleh melakukan kesalahan yang fatal berkaitan dengan EYD, sebab tata cara penulisan telah diatur dalam pedoman EYD.
Namun, pada kenyataannya masih banyak terdapat kesalahan penggunaan EYD yang dilakukan para mahasiswa jurnalistik ataupun jurnalis media massa. Misalnya, pada koran atau surat kabar masih banyak terdapat kesalahan penggunaan EYD. Beberapa aspek kesalahan EYD yang sering terjadi antara lain: penulisan huruf kapital, huruf miring, kata turunan, gabungan kata, partikel, singkatan, akronim, angka, dan penulisan lambang bilangan.

B.    PEMBAHASAN
Pada koran Kendari Pos banyak terjadi kesalahan-keslahan penggunaan EYD. Adapun contoh kesalahan-kesalahan tersebut dapat dilihat pada uraian berikut.
1.    Penulisan Huruf Kapital
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat, sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa dan bahasa. Selain itu, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi, dan dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
 Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku dan bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun. Huruf kapital juga tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi nama unsur diri.
Dalam koran Kendari Pos edisi Jumat, 14 0ktober 2011 halaman 1-5 terdapat beberapa kesalahan penulisan huruf kapital. Kesalahan-kesalahan tersebut adalah sebagai berikut.
Kesalahan:
a.    Detik-detik Pembakaran Kantor Bupati, Danramil Menerobos dan Memaksa Ridwan Zakariah Tinggalkan Ruangan (hal.1)
b.    Pemda tak Ajukan Formasi CPNS, Pusat Bersyukur (hal.1)
c.    …agar KPK sebagai penegak Hukum tidak melakukan transaksi. (hal.2)
d.    Soybean tripsin inhibitor (STI) dan browmen birkprotease inhibitor (BBI) berfungsi sebagai terapi alami…(hal.)
e.    Petani Kopra kini tengah merugi karena harga jual kembali rendah. beruntung saat ini Jambu Mete sudah mulai dipanen. (hal.3)

Seharusnya:
a.    Detik-Detik Pembakaran Kantor Bupati, Danramil Menerobos dan Memaksa Ridwan Tinggalkan Ruangan
b.    Pemda Tak Ajukan Formasi CPNS, Pusat Bersyukur
Pada kata “detik-detik” harus menggunakan huruf kapital pada huruf pertama di setiap unsur-unsurnya karena kata “detik-detik” merupakan bagian dari judul sebuah wacana. Demikian pula dengan kata “Tak” harus menggunakan huruf kapital pada huruf pertama.
c.    …agar KPK sebagai penegak hukum tidak melakukan transaksi. (hal.2)
Kata “hukum” tidak perlu menggunakan huruf capital karena bukan merupakan nama suatu badan.
d.    Soybean Tripsin Inhibitor (STI) dan Browmen Birkprotease Inhibitor (BBI) berfungsi sebagai terapi alami…(hal.2)
Di setiap unsur singkatan seperti di atas harus menggunakan huruf kapital.
e.    Petani kopra kini tengah merugi karena harga jual kembali rendah. beruntung saat ini jambu mete sudah mulai dipanen. (hal.3)
Kata “kopra” dan “jambu mete” tidak menggunakan huruf kapital.

2.    Penulisan Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Selain itu, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Dalam tulisan huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Kesalahan penulisan huruf miring sering ditemui dalam bahasa jurnalistik, khususnya koran. Dalam koran Kendari Pos edisi Jumat,14 Oktober halaman 1-5 terdapat kesalahan penulisan huruf miring. Kesalahan-kesalahan tersebut adalah sebagai berikut.
Kesalahan:
a.    Azrul ananda direktur utama Jawa Pos menerima penghargaan Young Reader Newspaper of The year and Top Winner for Enduring excellence oleh Presiden. (hal.1)
   
b.    Sebuah tropi eksklusif karya seniman Prancis menjadi tanda kemenangan bagi Jawa Pos sebagai World Young Reader Newspaper of the year 2011 di Wina, Austria. (hal.1)
c.    Yang putra mengangkat tanda penghargaan Newspaper of the year, yang putri tanda penghargaan Top Prize untuk kategori Enduring Excellence. (hal.1)
d.    Tanya Gaarder sambil membolak-balik buku Vita Brevis bersampul hitam. (hal.1)
e.    Selain Vita Brevis, buku terjemahan karya Gaarder yang beredar tanpa hak cipta adalah Misteri Soliter. (hal.1)
f.    Pihaknya juga melakukan sweeping makanan ke sejumlah pemondokan. (hal.2)
g.    “Istri saya juga ada di rombongan itu,” ujarnya kepada INDOPOS. (hal.2)
h.    Koran Seputar Indonesia 10 Oktober 2008 memuat artikel dengan judul Kulit Sehat dengan Kedelai. (hal.2)
i.    Isoflavon juga terkandung di dalamnya. (hal.2)
j.    Ia merupakan fitoestrogen yang menyerupai hormon estrogen sehingga dapat berinteraksi dengan reseptor estrogen. (hal.2)
k.    …kedelai dikategorikan superfood, yang mengandung banyak fitonutrien, seperti antioksidan, antosianin, vitamin C, mangan, serat, dan isoflavon.(hal.2)
l.    …perusahaan penyedia layanan berupa suara, data dan mobile broadband yang terdepan dengan Mobile VoIP Technology. (hal.3)
m.    …sebagai bentuk dari pencitraan Global Brand dan Local Brand yang menyatu dalam konsep “Glocal Transformation”. (hal.3)
n.    … dan aplikasi terbaik berpadu dengan kekuatan S i2i di bidang teknologi mobile internet solution. (hal.3)
o.    Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) berencana menambah daftar perusahaan penerima tax holiday atau penghapus pajak. (hal.3)
p.    Jakarta membuat wajah peserta meet and greet begitu ceria. Ia menjadi host dalam perjalanan itu. Setelah hampir tiga jam di perjalanan tibalah rombongan di fashion center… (hal.3)
q.    …sekaligus digelar awarding inline competition. Yakni kompetisi undian Yamaha Mio yang dilakukan secara online melalui twitter. (hal.3)
r.    Head Marketing Yamaha, Bima mengatakan apa yang dilakukan Yamaha kepada konsumennya…(hal.3)
s.    …penjualan Yamaha didominasi oleh sepeda motor Matic.(hal.3)

Seharusnya:
a.    Azrul ananda direktur utama Jawa Pos menerima penghargaan Young Reader Newspaper of The year and Top Winner for Enduring excellence oleh Presiden. (hal.1)
b.    Sebuah tropi eksklusif karya seniman Prancis menjadi tanda kemenangan bagi Jawa Pos sebagai World Young Reader Newspaper of the year 2011 di Wina, Austria. (hal.1)
c.    Yang putra mengangkat tanda penghargaan Newspaper of the year, yang putri tanda penghargaan Top Prize untuk kategori Enduring Excellence. (hal.1)
d.    Tanya Gaarder sambil membolak-balik buku Vita Brevis bersampul hitam. (hal.1)
e.    Selain Vita Brevis, buku terjemahan karya Gaarder yang beredar tanpa hak cipta adalah Misteri Soliter. (hal.1)
f.    Pihaknya juga melakukan sweeping makanan ke sejumlah pemondokan. (hal.2)
g.    “Istri saya juga ada di rombongan itu,” ujarnya kepada Indopos. (hal.2)
h.    Koran Seputar Indonesia 10 Oktober 2008 memuat artikel dengan judul Kulit Sehat dengan Kedelai.(hal.2)
i.    Isoflavon juga terkandung di dalamnya. (hal.2)
j.    Ia merupakan fitoestrogen yang menyerupai hormon estrogen sehingga dapat berinteraksi dengan reseptor estrogen. (hal.2)
k.    …kedelai dikategorikan superfood, yang mengandung banyak fitonutrien, seperti antioksidan, antosianin, vitamin C, mangan, serat, dan isoflavon.(hal.2)
l.    …perusahaan penyedia layanan berupa suara, data dan mobile broadband yang terdepan dengan Mobile VoIP Technology.(hal. 3)
m.    …sebagai bentuk dari pencitraan Global Brand dan Local Brand yang menyatu dalam konsep “Glocal Transformation”. (hal.3)
n.    … dan aplikasi terbaik berpadu dengan kekuatan S i2i di bidang teknologi mobile internet {olution. (hal.3)
o.    Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) berencana menambah daftar perusahaan penerima tax holiday atau penghapus pajak. (hal.3)
p.    Jakarta membuat wajah peserta meet and greet begitu ceria. Ia menjadi host dalam perjalanan itu. Setelah hampir tiga jam di perjalanan tibalah rombongan di fashion center… (hal.3)
q.    …sekaligus digelar awarding inline competition. Yakni kompetisi undian Yamaha Mio yang dilakukan secara online melalui twitter. (hal.3)
r.    Head Marketing Yamaha, Bima mengatakan apa yang dilakukan Yamaha kepada konsumennya…(hal.3)
s.    …penjualan Yamaha didominasi oleh sepeda motor Matic.(hal.3)
Penulisan istilah-istilah asing yang belum disesuaikan ejaannya, nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan, harus dicetak dengan huruf miring.



3.    Penulisan singkatan
Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Dalam pedoman EYD singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya, dan lain sebagainya  disingkat dlsb., dan lain-lain disingkat dll., sama dengan atas disingkat sda. Pedoman EYD menegaskan bahwa penulisan singkatan nama kimia, satuan ukuran, takaran timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya, rupiah (Rp), kilogram (kg).
Dalam koran Kendari Pos edisi Jumat, 14 0ktober 2011 halaman 1-5 terdapat beberapa kesalahan penulisan singkatan, khususnya singkatan nama orang. Kesalahan-kesalahan tersebut adalah sebagai berikut.
Kesalahan:
a.    M Mardhiansyah, Dosen Universitas Riau dan Pemerhati Masalah Bengkalis. (hal.5)
b.    Bupati Buton Utara (Butur), Drs H Ridwan Zakariah MSi mengaku…(hal.1)

Seharusnya :
a.    M. Mardhiansyah, Dosen Universitas Riau dan Pemerhati Masalah Bengkalis. (hal.5)
Setelah huruf “M” harus diberi tanda titik, karena merupakan singkatan nama orang.
b.    Bupati Buton Utara (Butur), Drs. H. Ridwan Zakariah, M.Si mengaku… (hal.1)
Setelah singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.

4.    Penulisan akronim
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret  kata yang diperlakukan sebagai kata. Bahasa jurnalistik mengingatkan dua jenis akronim. Pertama, akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf capital. Contohnya, ABRI, SIM,IKIP. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Contohnya, Akabri, Kowani, Bappenas. Kedua, akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Contohnya, pemilu, rapim.
Dalam koran Kendari Pos edisi Jumat, 14 0ktober 2011 halaman 1-5 terdapat beberapa kesalahan penulisan akronim. Kesalahan tersebut adalah sebagai berikut.
Kesalahan:
a.    …dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub). (hal.5)

Seharusnya:
a.    …dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Perhubungan (permenhub).
Kata “permenhub” ditulis menggunakan huruf kecil karena bukan merupakan nama diri, tetapi merupakan gabungan suku kata dari deret kata seluruhnya.

5.    Penulisan angka
Dalam pedoman EYD, ada empat jenis penulisan angka. Pertama, angka menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam tulisan ini lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi. Kedua, angka digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, luas,dan isi, (2) satuan waktu, (3) nilai uang, dan (4) kuantitas. Ketiga, angka lazim dipakai untuk menyatakan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Keempat, angka digunakan juga untuk menomoribagian kaangan dan ayat kitab suci. Dalam bahasa jurnalistik angka harus disederhanakan penulisannya.
Dalam koran Kendari Pos edisi Jumat, 14 0ktober 2011 halaman 1-5 terdapat beberapa kesalahan penulisan angka. Kesalahan tersebut adalah sebagai berikut.
Kesalahan:
a.    …penumpang meninggal dunia akibat kecelakaan Rp 1.250.000.000, penumpang meninggal di luar pesawat Rp 500.000.000, penumpang yang mengalami cacat Oetap total maksimum Rp 1.250.000.000, penumpang mengalami luka-luka dan perawatan rumah sakit Rp 200.000.000, kehilangan bagasi tercatat atau isi bagasi musnah Rp 200.000,-per kg dan maksimum Rp 4.000.000,...belum dinyatakan hilang Rp 200.000, per hari. (hal.4)
b.    Keterlambatan pesawat lebih dari 4 (empat) jam Rp 300.000 per penumpang, ganti kerugian untuk pihak ketiga yang meninggal dunia Rp 500.000.000. (hal.4)
c.    Jumlahnya kalau dikurs rupiah senilai Rp 38.875.000. (hal.2)

Seharusnya:
a.    …penumpang meninggal dunia akibat kecelakaan Rp 1,25 miliar, penumpang meninggal di luar pesawat Rp 500 juta, penumpang yang mengalami cacat tetap total maksimum Rp 1,25 miliar, penumpang mengalami luka-luka dan perawatan rumah sakit Rp 200 juta, kehilangan bagasi tercatat atau isi bagasi musnah Rp 200 ribu per kg dan maksimum Rp 4 juta,...belum dinyatakan hilang Rp 200 ribu per hari. (hal.4)
b.    Keterlambatan pesawat lebih dari empat jam Rp 300 ribu per penumpang, ganti kerugian untuk pihak ketiga yang meninggal dunia Rp 500 juta (hal.4)
c.    Angka yang menunjukkan bilangan utuh dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
d.    Jumlahnya kalau dikurs rupiah senilai Rp 38,87 juta. (hal.2)

6.    Penulisan Lambang Bilangan
Penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Bila perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dikatakan dengan dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya, 210.000.000 penduduk Indonesia menjadi 210 juta penduduk Indonesia. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya, enam (enam) jam. Seharusnya, enam jam.
Dalam koran Kendari Pos edisi Jumat, 14 0ktober 2011 halaman 1-5 terdapat beberapa kesalahan penulisan lambang bilangan. Kesalahan tersebut adalah sebagai berikut.
Kesalahan:
a.    …sampai kemarin (13/10) total ada 6 calhaj yang meninggal.(hal.2)
b.    Sekitar 3 jaman. (hal.2)
c.    Keterlambatan pesawat lebih dari 4 (empat) jam…

Seharusnya:
a.    …sampai kemarin (13/10) total ada enam calhaj yang meninggal.(hal.2)
b.    Sekitar tiga jaman. (hal.2)
c.    Keterlambatan pesawat lebih dari empat jam …
Penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan.

7.    Penulisan Kata Turunan
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan itu ditulis serangkai. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Dalam koran Kendari Pos edisi Jumat, 14 0ktober 2011 halaman 1-5 tidak terdapat kesalahan penulisan kata turunan.

8.    Penulisan Gabungan Kata
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh gabungan kata yang harus ditulis serangkai adalah acapkali, adakalanya, akhirulkalam, daripada, darmawisata, belasungkawa, dukacita, kacamata, kasatmata, manakala, manasuka, matahari, olahraga, padahal, peribahasa, radioaktif, soptamarga, saputangan, saripati, sediakala, segitiga, sekalipun, sukacita, sukarela, sukaria, titimangsa.
Dalam koran Kendari Pos edisi Jumat, 14 0ktober 2011 halaman 1-5 tidak terdapat kesalahan penulisan gabungan kata.

9.    Penulisan Partikel
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Contohnya, apa pun, kapan pun, di mana pun, rektor pun, sepuluh kali pun. Tetapi, ada pula kelompok yang dianggap padu sehingga ditulis serangkai. Contohnya, adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun.
Partikel per yang berarti `mulai`, `demi`, dan `tiap` ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Contoh :
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April

Dalam koran Kendari Pos edisi Jumat, 14 0ktober 2011 halaman 1-5 tidak terdapat kesalahan penulisan partikel.

Dari uraian kesalahan-kesalahan yang terdapat pada Koran Kendari Pos edisi Jumat, 14 Oktober 2011 halaman 1-5 di atas, maka yang paling banyak terdapat kesalahan EYD, terdapat pada penulisan huruf miring, sedangkan pada penulisan gabungan kata, kata turunan, dan penulisan partikel tidak ditemukan kesalahan EYD.

C.    PENUTUP
Berdasarkan uraian pembahasan kesalahan EYD pada Koran Kendari Pos edisi Jumat,14 Oktober 2011 halaman 1-5 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesalahan banyak terdapat pada penulisan huruf miring, sedangkan penulisan gabungan kata, penulisan kata turunan, dan penulisan partikel tidak terdapat kesalahan penulisan.
Dengan demikian, diharapkan kepada Kendari Pos untuk lebih memperhatikan kesalahan-kesalahan penggunaan EYD agar tidak terdapat  kesalahan-kesalahan berikutnya, khususnya pada penulisan huruf miring, huruf kapital, penulisan akronim, penulisan angka, penulisan nama bilangan, dan penulisan singkatan.